Your eyes cant't lie Boss

Achmad Taufan
Chapter #10

karena Mata Kamu gabisa berbohong ...

Setelah puas melepaskan segala lukanya, dinda kini kembali berbaring di kasurnya, bagas pun tetap menemani dinda di sampingnya.

Tidak sesaat pun dinda mengalihkan pandangannya dari bagas, dan bagas pun melakukan hal yang sama.

Sampai akhirnya dinda berkata ….

“gas, kamu pasti udah tau dari anya soal masa lalu aku, tapi belum semuanya kamu tau.”

“apa tuh? Keluarin aja semua biar kamu lega” , saut bagas sembari mengelus perlahan rambut dinda

dinda pun bercerita, ketika ia pertama kali mulai bekerja, ia mencoba segala pekerjaan. Dahulu ketika dia melakukan kesalahan saat bekerja, ia dipermalukan habis – habisan oleh atasannya di depan orang banyak.

Itu yang membuatnya berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah membuat kesalahan, dan menjadi dinda yang zero mistakes dan tidak tolerir pada kesalahan.

Lalu ia juga bercerita ia pernah mendapat perlakuan baik dari seorang klien ketika dia bekerja sebagai SPG , Tapi ternyata perlakuan baik itu karena klien tersebut menganggap dinda wanita murahan sehingga bisa di bayar, meskipun dinda menolak dan membuatnya di pecat.

Hal itu menambah keyakinan di dalam dirinya bahwa jangan pernah percaya dengan orang lain, karena orang berbuat baik pasti ada maunya.

“kamu tau ga? Abis kejadian aku mau di apa-apain dulu, aku cuma bisa nangis di kostan”, Ucap dinda sembari tetap memandangi bagas

bagas tidak menjawab apa – apa, ia hanya tetap mengelus rambut dinda sembari tersenyum..

“dan kamu tau ga gas? Waktu kamu lari – larian nyari aku di tempat pak broto, aku juga hampir diapa – apain …, mangkanya aku batalkan kerjasama dengan perusahaan dia”

kali ini bagas bereaksi …

“KAN, Udah aku duga !! Biar aku kasih pelajaran dia !!” , Bagas bergegas bangun

Tapi tangan dinda masih mengenggam tangan bagas, dengan suara yang begitu lembut dan tatapan yang begitu hangat ia berkata ..

“Kalo kamu kasih pelajaran dia, yang nemenin aku disini siapa?”

melihat dinda yang berkata seperti itu dengan manisnya bagaspun luluh, jantungnya berdebar –debar.

Ia pun kembali duduk di kursi …

“tau ga gas? Pas saya di toilet, Saya nangis. Ternyata saya tetep aja seorang wanita yang gabisa menerima perlakuan kaya gitu”

selesai dinda bicara bagas langsung memeluk dinda sembari berkata

“itu dulu, sekarang kana da saya, ga akan saya biarin ada orang yang seenaknya sama ibu lagi”

dinda sempat agak kaget ketika bagas memeluknya, tapi setelah itu ia tersenyum …

“ohiya bu, Saya tau masa lalu ibu sulit, itu yang mendasari tindakan ibu selama ini, tapi yah bu. Kayak zero mistakes. Karena ibu pernah ngalamin justru ibu harusnya ga melampiaskan ke bawahan ibu, tiap orang pasti pernah dan akan bikin kesalahan. Tapi, gimana cara dia memperbaiki nya itu yang penting bu”

“karena kita bukan manusia sempurna kan”

“dan soal percaya sama orang, saya ga akan maksa ibu untuk semudah itu percaya sama orang lagi, tapi …. Ibu boleh mencoba untuk percaya sama saya dan anya bu” …

“anya?” , Tanya dinda

“iya anya bu, dia gapernah pergi dari ibu semenjak dulu, dia sayang sama ibu” , ucap bagas berusaha meyakinkan dinda

dinda tidak berkata apa – apa, ia hanya mengangguk.

Tapi di dalam kepalanya terlinta memori indah bersama anya, yang dulu mungkin tertutup oleh kabut kebencian akan semua orang

Ia mulai mengingat momen – momen anya mendampinginya di masa – masa sulitnya.

Tidak berapa lama bagas keluar dari kamar, ia bertemu dinda yang menunggu di depan ruangan

“loh mau kemana gas?”

“Mau cari makan dulu, lupa gue belum makan, lo mau titip?”

“oh gitu, gausah deh gas. Thanks loh”

baru berjalan satu langkah, langkah bagas terhenti

“Oh iya nya, tolong temenin dinda dulu dong di dalem”

“Hah?gue nemenin dinda? Emang dinda mau?”

“udah deh masuk aja, daripada di dalem dia aneh – aneh”

anya sebenarnya masih agak canggung untuk bertemu dinda, tapi akhirnya ia memberanikan diri

pelahan ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan, dinda tidak begitu memperhatikan anya yang masuk, matanya tertutup seperti sedang beristirahat.

ketika anya sampai di depan kasur dinda, mata dinda terbuka dan mengejutkan anya

“Haduh… Kaget gue”, ucap anya

“emang gua setan apa?”, saut dinda

“yah ga gituuu”

situasi canggung diantara mereka berdua berlangsung hampir satu menit , sampai akhirnya dinda meminta tolong anya untuk membantunya duduk

anya pun membantu dinda, dan ketika posisi dinda sudah terduduk, dinda langsung memeluk anya dengan erat

“Nya, maafin gue yah buat semuanya”

anya terkejut, tapi ia pun langsung memeluk dinda. Sambil menangis ia berkata

“Rese lo, sekian lama lo giniin gue”

dinda pun mulai menitikan air mata, dan ia tidak berhenti berkata

“maafin gue”

beberapa menit pelukan dua sahabat yang sempat terpisah ini berlangsung, sampai akhirnya dinda melepaskan pelukan nya dari anya seraya berkata

“Makasih yah nya, masih mau jadi sahabat gue”

sambil melap air mata di pipinya anya tersenyum bahagia, mereka saling bertatapan dan saling melempar senyum setelah bertahun – tahun lamanya

dari luar bagas memandangi momen ini dari balik kaca yang tertempel di pintu, ia tersenyum melihat anya dan dinda berbaikan, sampai akhirnya cacing – cacing di perutnya tidak lagi bisa berkompromi, tanda ia sudah kelaparan.

Ia pun akhirnya baru pergi untuk membeli makanan.

Esoknya dinda keluar dari rumah sakit, dokter berpesan pada bagas untuk menjaga dinda baik – baik dan sebisa mungkin menjauhkan dinda dari situasi yang membuatnya teringat akan traumanya.

Bagaspun mengantar dinda pulang ke rumahnya, sampai di depan pintu rumah

Lihat selengkapnya