"kau tak apa kan?" tanya ibuku sambil mengelus kepalaku dengan lembut,aku hanya menjawabnya dengan anggukan.
Tak lama kami sampai di sebuah gedung bertingkat ,sepertinya apartemen. Kami pun masuk,tiba tiba suara tawa yang cukup keras terdengar olehku aku pun mengedarkan pengelihatanku ke sekitar, saat ku lihat ada seorang gadis seumuranku yang sedang bermain hujan di taman dekat apartemen. Dia tampak sangat senang sambil tertawa lepas tetapi disisi taman yang lain seorang wanita separuh baya sedang meneriakinya untuk tidak bermain hujan. Tampaknya panggilan itu dihiraukan oleh gadis itu dia hanya terus bermain dan berlarian ke sana kemari. Aku hanya terus memandanginya sambil termenung dalam pikiranku sendiri, andai saja aku bisa bermain seperti anak seusiaku pada umumnya.
"Seung Wu" panggil ibu, seketika aku terkejut dan membuyarkan lamunanku. Dan segera pergi menyusul ibu dan ayah.
Beberapa hari kemudian...
Seusai makan siang , aku pamit kepada ibu dan ayah untuk beristirahat di kamar. Kami baru saja membereskan barang terakhir untuk diletakkan di kamar ku dan ruang tengah. Aku pun masuk ke kamar, kamar ku tampak biasa seperti pada umumnya di cat berwarna biru dan abu abu lalu ada single bed, meja belajar dan lain sebagainya. Tapi ada satu tempat yang paling ku suka yaitu, balkon kamar dan tepat di sebelah ada sebuah piano berwarna hitam milikku. Aku suka sekali bermain piano di temani dengan semburat cahaya matahari yang masuk melewati sela sela jendela. Aku sengaja menaruhnya dekat balkon karena sekat antara balkon dan kamar adalah pintu kaca yang besar supaya cahaya matahari bisa masuk. Tempat ini mengingatkan ku dengan suasana halaman rumah nenek pada musim panas, aku memainkan piano dengan di temani oleh beliau sambil menikmati secangkir teh.
Ku menggeser pintu kaca itu dan keluar menuju balkon lalu duduk di salah satu kursi. Ku mulai menulis tangga tangga nada yang baru saja ku latih beberapa hari sebelum pindah. Langit tampak mulai mendung tak berselang lama rintikan hujan mulai turun perlahan lalu setetes air hujan jatuh tepat di pipiku saat aku menatap langit. Ku mengulurkan tangan dengan perlahan untuk mendapatkan air hujan jatuh lah setetes di tangan ku, ku merasakan dingin yang sama saat setetes air hujan tadi jatuh di pipiku.
Namun , tiba tiba saja aku mendengar suara tawa riang itu lagi aku pun melihat ke bawah. Tepat di bawah ada taman apartemen yang kemarin ku lihat dan seorang gadis sedang bermain hujan dengan tawa riang nya. Gadis yang kemarin. Lagi lagi ia tak mendengarkan panggilan wanita separuh baya kemarin, sepertinya ibu gadis itu. Tak berselang lama setelah wanita tadi memanggilnya suara gemuruh tampak terdengar keras dan disusul dengan kilatan ringan. Gadis itu menatap ke atas, raut wajahnya berubah ia tau kalau hujan akan semakin deras lalu ia berlariĀ masuk ke dalam apartemen. Setelah melihat gadis tadi masuk, aku pun masuk dan menutup pintu kaca lalu duduk di kursi, meletakkan buku yang berisi tangga tangga nada yang ku tulis dan mulai memainkan tuts tuts piano sesuai yang ku tulis. Ku memainkan dengan iringan suara hujan dan gemuruh kilat,tampak sangat sedih jika didengarkan.