“ELSA!!”
Teriakan Anna sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, membuat Irene mengisyaratkan anak buahnya menghentikan pelenyapan mereka. Hanya Anna yang memanggilnya Elsa. Dia merasa konyol sekali karena tidak mengenal suara Brizya yang sempat memanggilnya. Si putri es memang berada di sana, di kediaman Eltommy, sebagai hasil kesepakatan untuk melindungi pria itu dari orang suruhan Genies. Tidak disangka dia harus bertemu Brilian di saat yang genting seperti ini.
“Kenapa lo tega nyelakain kita, Ren?” tanya Brizya sembari mencoba untuk membuka topeng yang dia kenakan.
“Jangan dibuka!” cegah Irene dengan tegas pada Brizya.
“Kalian cepat bawa mereka ke area yang aman dan panggil Figo buat handle lukanya,” pintah Irene pada para anak buahnya.
Brizya jadi bingung dengan siapa yang dimaksudkan Irene. Belum tahu alasan Irene berada di kediaman Eltommy saja sudah membuat Brizya kesal tidak bisa menuntaskan rasa penasarannya. Menyebalkan sekali harus berada pada teka-teki seperti ini.
“Lo harus jelasin dulu kenapa lo di sini!” Brizya tetap bersikeras menuntut penjelasan.
Dibandingkan Brizya yang terus menuntut penjelasan yang membutuhkan waktu tenang untuk mendengarkan semuanya, Irene jadi sibuk membaca situasi yang sedang terjadi saat ini. Sebelum kedatangan Brilian, situasi masih terkontrol aman. Tidak ada orang suruhan Genies yang memasuki area rumah Eltommy. Tapi akibat kehadiran Brilian, penjagaan gerbang utama sudah tidak ketat lagi bahkan terbiar begitu saja. Menyadari hal itu, Irene segera menyuruh anak buah lainnya untuk mengurus penjagaan di gerbang utama. Sedangkan dirinya harus melindungi primadona utama malam ini.
“PAM!!”
“ARGH!!”
Seketika Irene mengerang kesakitan akibat sebuah peluru yang hampir menembus bagian lengan kirinya. Untunglah gadis itu dapat menghindar, meski ada goresan yang berhasil membuat lengannya jadi berlumuran darah. Brizya jadi kaget saat dia mendengar suara tembakan itu. Namun dia tidak bisa berbuat apapun karena harus menemani Anna yang sudah tidak sadarkan diri.
Memikirkan rasa sakit di lengannya bukanlah hal yang harus dilakukan Irene saat ini. Putri es itu mendapati seorang penyusup yang berhasil menyelinap dari gerbang utama. Dia juga yang menembak Irene tadi. Sepertinya memang sudah terlambat menyuruh anak buahnya berjaga di sana. Dengan cepat Irene berlari ke arah penyusup yang sedang mendekati ruang privasi Eltommy.
Malam itu semua orang yang ada di kediaman Eltommy terlihat sangat sibuk. Berbagai tujuan melatarbelakangi kehadiran mereka di sana. Dengan sigap si putri es akhirnya dapat menghalangi seseorang yang hampir memasuki ruang terlarang itu. Perkelahian tentu saja tidak dapat dihindari. Karena merasa dihalangi, penyusup itu mencoba menyerang Irene. Struktur tubuhnya cukup kekar dan terlihat profesional. Bidikan yang hampir melumpuhkan Irene bukan bidikan biasa. Sepertinya apapun yang dikerjakan Genies selalu dilengkapi dengan iming-iming profesional.
Tanpa mengutarakan sepatah kata yang hanya akan membuang waktu, dengan cekatan pisau switchblade milik Irene berhasil mengenai lengan orang itu. Si putri es tahu betul kelemahan lawannya. Merasa senang karena berhasil melumpuhkan lawannya, Irene bersegera melumpuhkan bagian kakinya karena berusaha kabur dari jangkauan Irene. Tidak akan semudah itu juga baginya untuk melepaskan lawan begitu saja. Apalagi ini memang berhubungan dengan pekerjaannya.
“LEPASKAN SAYA!” teriak orang suruhan itu, masih berani menantang Irene di tengah krisis hidupnya. Irene dengan santai menginjak tangan orang itu, sampai suara tulang-tulang jarinya kedengaran dengan nyaring bersamaan dengan jeritannya yang semakin menjadi-jadi.
“Sepertinya harga dirimu ada di tangan yang lancang ini,” ujar Irene dengan dinginnya. Dia masih kesal oleh sebab tangan orang itu yang berani-beraninya melemparkan peluru ke arah lengan berharganya.
“Gue terlambat kayaknya,” tutur Valron dengan deru napas yang tak beraturan. Dia sepertinya berlari dengan sekuat tenaga, khawatir jika Irene tidak dapat menangani penyusup itu.
Irene tersenyum samar, “Kekuatannya gak seimbang dan gak fantastis seperti ekspetasi gue sebelumnya.”
Valron merasa lega melihat Irene baik-baik saja. Irene merasa ini tidak begitu seru. Melawan Brilian tadi bahkan lebih menegangkan daripada penyusup kiriman Genies ini. Tapi setidaknya pekerjaan Irene hari ini sudah selesai.
“Lo sama yang lain selesain pengecut ini. Gue mau laporan dulu.”
Setelah menyuruh Valron menyelesaikan pelenyapan mereka malam ini, pintu ruang privasi itu terbuka dengan sendirinya. Siapa lagi kalau bukan Eltommy yang membuka. Kalau dipikir-pikir kembali, Eltommy hampir sama pengecutnya dengan penyusup tadi. Karena dia bisa diiringi dengan sebutan pengecut Genies, saat ini Irene seprofesional mungkin dalam menghadapi kliennya.
“Sudah keputusan yang tepat saya mempekerjakan kamu, Irene.” Eltommy memuji kerja Irene malam ini. Dia seperti mengerti saja bahwa Irene sangat senang dengan pujian.
“Sampai proses pelaporan saya selesai, mereka pasti akan datang untuk mencoba mengancam saya. Kamu tahu itu, kan?”
Irene mengangguk paham, “Saya sudah bekerja sama dengan banyak kriminal. Melindungi Anda untuk masa depan bangsa ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya.”
Eltommy tertawa senang mendengar ucapan Irene. Tujuan mereka sepertinya sama. Sejak membaca isi berkas pengajuan kerjasama itu membuat Irene merasa dirinya maju selangkah pada kehancuran Genies, para profesional yang menghancurkan kedamaian pikirannya.
“Tidak ada salahnya saya membiarkan kamu masuk ke kelas terkutuk itu,” gumam Eltommy membuat Irene mendadak bingung dengan maksud ucapannya.
Eltommy menatap Irene dengan lebih intens, “Semua yang ada di sana sudah seperti kutukan. Saya percaya kamu kuat untuk menghadapi para licik itu.”
Menjadi kaki tangan Eltommy mungkin bukanlah sebuah kebetulan belaka. Irene menyadarinya lewat ucapan Eltommy yang satu itu. Perlahan, dia akan mengetahui apa yang sebenarnya disembunyikan Genies, apa tujuan mereka sebenarnya. Tapi sebelum itu, dia harus melihat kesalahannya malam ini dulu. Brilian. Kontraknya dengan kelompok itu belum benar-benar berakhir, kan?
***
Setelah beberapa jam dirinya tak sadarkan diri, akhirnya kedua mata Anna perlahan terbuka. Meski masih samar karena kepalanya terasa pusing, namun dia dapat mencium berbagai bau obat-obatan di sekitarnya. Apa dia berada di rumah sakit sekarang? Menyadari ketidakjelasan dirinya berada membuat Anna dengan ceroboh bangkit dari posisi tidurnya begitu saja. Tentu tindakannya membuat dia jadi merasakan nyeri di punggungnya.
“Wah akhirnya lo siuman juga,” seru seseorang, membuat Anna bertanya-tanya perihal siapa yang sedang tersenyum lega melihat dirinya sudah sadarkan diri.
“Lo siapa?” tanya Anna, sembari orang itu mencoba mengatur posisi tidur Anna menjadi senyaman mungkin. Meski dia belum tahu siapa orang itu, tapi sepertinya dia orang baik. Anna yakin akan hal itu.
“Gue Figo. Dokter serbabisa untuk kelompok Ahza.”
Anna jadi terkekeh mendengar perkenalan si orang baik yang ternyata bernama Figo.
“Kenapa ketawa?” Figo jadi heran dengan respon Anna.
“Lo lucu,” ujar Anna, membuat Figo jadi tersenyum senang mendengarnya.
“Jahitan lo udah mulai kering. Kondisi lo udah jauh lebih baik dari semalam.”
“Semalam?”
Anna jelas kaget dengan ucapan Figo barusan. Aneh saja kalau jahitannya sudah mulai kering padahal sakit yang dia rasakan tadi malam sangat sakit sekali. Dia bahkan langsung lemas akibat tindakan anak buah Irene kemarin.
“Om Ahza gak bakal rekrut gue kalau metode pengobatan gue selemot prosedur rumah sakit.”
Meski tidak begitu mengerti dengan maksud ucapan Figo, namun Anna jadi tahu pasti bahwa dia berada di kediaman Ahza sekarang. Melihat interior ruangan yang klasik namun mewah, menyadarkan Anna bahwa dirinya tidak berada di rumah sakit ataupun apartemennya.
“Gue Anna,” ujar Anna tiba-tiba memperkenalkan dirinya dengan semangat. Figo jadi terkekeh melihat tingkah Anna yang menjadi menggemaskan seperti itu.
“Like I said, gue Figo. Kalau lo mau nanya di mana Irene, dia lagi sama temen lo yang keren itu.”
Benar juga. Anna hampir melupakan Irene, Brizya, bahkan Leesha. Dia hampir kehilangan akal karena disambut oleh Figo setelah kesadarannya kembali. Dia bahkan tidak tahu bagaimana nasib misi Brilian. Maksudnya, benda berharga namun membosankan, beserta alasan kehadiran Irene di kediaman Eltommy yang belum begitu jelas. Tidak ada waktu bagi Anna untuk terus bersantai. Ya, tidak ada waktu baginya untuk bersantai. Apalagi setelah menerima panggilan dari orang yang selalu ingin membuatnya muntah.
***
“Lo tinggal atur sesuai selera.”
“Thanks.”