SHEVA
"Hana?" kaget gue melihat foto perempuan yang akan dijodohkan sama gue. Kening gue mengerut dalam. Nggak percaya. Sulit untuk percaya dengan apa yang gue lihat sekarang ini.
"Ini serius, Mih, Pih?" tanya gue berulang kearah Mami Papi yang terus senyam-senyum kearah gue.
"Ya seriuslah, Shev. Masa cari mantu nggak serius," jawab Mami.
Gue diam mendengarnya. Hana Adriana. 12 tahun lalu pernah membuat gue berucap kalau dia adalah perempuan yang akan gue jadikan istri gue, ibu dari anak-anak kami nantinya. Ucapan anak SMA yang dikala itu lagi kasmarannya. Iya. Hana adalah mantan pacar gue. Mantan terindah. Nggak pernah selama itu gue berpacaran dan terikat dengan perempuan yang sama. Kesalahpahaman dan ketidakdewasaan gue yang membuat apa yang ada diantara kami hancur berkeping. Nggak ada yang bersisa. Kami lost kontak begitu saja. Dua orang yang dulu pikirannya saling bertautan. Senyum dan tawanya yang saling bersautan dengan hati yang saling terhubung. Kini menjadi dua orang asing. Benar-benar seperti orang asing yang tidak pernah bertemu.
"Does she know? Perjodohan ini? Does she know that i'm the man?!" ujar gue dengan ekspresi takjub.
Mami Papi mengangguk bebarengan. Mata gue membuka. Nggak percaya. Karena memang sulit untuk mempercayainya.
"Kenapa sih, Kak? Lo tuh harusnya senang karena bakal CLBK sama mantan terindah lo. Ini mukanya malah bingung banget," ledek Raisa yang muncul tiba-tiba lalu langsung duduk disamping Mami.