SHEVA
"Kamu jadi dijodohin?" tanya Amanda disela lunch kami berempat. Gue mengangguk sambil senyum.
"Serius??" Amanda masih tidak percaya bahwa gue telah berkata jujur. Sulit memang mempercayainya. Seorang Sheva Areksa Adiyatama mau dan bersedia dijodohkan. Tapi gue kembali mengangguk. Mantap.
"Kamu setuju?" Kali ini Amanda bertanya dengan ekspresi berharap. Mungkin ia berharap jawaban gue akan sesuai dengan tebakannya.
"Setuju," jawab gue. Amanda langsung lesu. Rupanya benar rumor yang beredar kalau Amanda Gustyawan menyukai gue.
"Kenapa kamu setuju??? Seorang Sheva Areksa? Come on!!! Is she really beautiful? More beautiful ... Than ... Me?" ucapnya dengan mata mengerling begitu takut jikalau gue menangkap kegelisahan dan kegalauannya akan perjodohan gue.
"Ya karena aku nggak bisa menolak. I'm almost 30. Aku punya kewajiban untuk memberikan penerus. Dan seperti tradisi, Papi Mami yang menyeleksi calon ibu yang akan melahirkan cucu mereka nanti. Aku sih ikutin alurnya aja," jawab gue santai sambil memotong steak tenderloin medium well yang gue pesan.
Nando yang duduk tepat disamping kiri Amanda tertawa. "Gue kira lo terima perjodohan itu karena ceweknya adalah Hana Adriana," ledeknya. Gue tersenyum.