Astrea hitam dengan sedikit perpaduan warna hijau menjadi teman setia Yuri kemana pun ia pergi. Seperti biasanya, ia kembali pulang ke kosan yang berada cukup jauh dari tempat ia bekerja sebagai penjaga toko percetakan. Belum sampai kosannya tiba-tiba saja motor Yuri mogok "Waduh, kenapa ini Bejo tiba-tiba berhenti?" Segera ia turun dan membuka jok, "Oalah pantes, ternyata bensinnya habis!" keluh Yuri. Terpaksa ia mendorong motornya menuju penjual bensin eceran yang tak jauh dari sana.
"Berapa Mbak?" tanya Yuri sembari membuka dompet miliknya.
"Rp 15. 000.00, Mas." sahut penjual datar.
"Terima kasih, Mbak." Yuri kembali menutup dompet, memasukkan ke dalam kantong celana. Kembali menstarter Astrea miliknya. "Lho, kok enggak bisa?" Yuri bingung. Ia pun mencoba menyelah Astreanya dengan kaki. "Alhamdulillah," ucapnya bersyukur. Wajar saja jika motor Astrea yang diberi nama Bejo itu kerap kali mati di jalan. Sebab, umurnya pun sudah sangat tua. Astrea itu adalah peninggalan almarhum Ayah Yuri.
Lalu-lalang kendaraan jalanan cukup padat. Sebab di mana para pekerja kembali pulang ke peraduan masing-masing, bertemu keluarga, melepas lelah, serta mempersiapkan diri untuk menyambut hari esok yang lebih baik. Beberapa orang lainnya, sedang bersantai melepas penat di taman mini yang berada di pusat tengah kota. Baik anak kecil, remaja, hingga dewasa semua ada di sana. Mata Yuri mengamati sekitar jalanan tak lama kemudian ia memasuki gang kecil, jalan menuju kosannya. Ia memarkirkan Astrea kesayangannya tepat di teras kosan tempat ia tinggal.
Yuri masuk membuka pintu kosan dengan kunci yang ia simpan di bawah pot bunga. "Meong," sapa kucing berbulu oren peliharaan Yuri yang kini sedang duduk menyambutnya. "Hai, manis. Kamu belum makan ya?" tanya Yuri pada kucing yang tak henti membuntuti. "Sabar ya," tutur Yuri sembari mengelus bulu kucing yang lembut itu. Ia langsung menuju dapur untuk menghidupkan kompor, meletakkan wajan di atasnya untuk mengoreng ikan yang sempat ia beli pagi tadi.
"Sini, makanlah!" tangannya mengawai kucing kesayangannya itu, sembari mencampur adukkan ikan yang baru saja ia goreng dengan nasi di atas piring. "Meong," sahut kucing seolah-olah mengerti diajak bicara. Kuncing itu langsung mendekat dan melahap makanannya dengan senang.
"Huh, ... gerah!" Yuri menarik pucuk kerah baju mengibas-ngibaskannya, berharap mendapatkan angin. Tak menunggu lama, ia langsung mengambil handuk mengalungkan ke lehernya dan masuk ke dalam kamar mandi. Guyuran air yang mengenai tubuh membuatnya merasakan kesegaran yang nyata. Cukup lama ia mandi kemudian keluar dengan handuk yang melilit di bagaian bawah tubuhnya, masuk ke dalam kamar untuk mencari pakaian yang akan ia kenakan sore ini.
Kaus polos berwarna abu-abu dengan bahan dingin menjadi pilihannya untuk dikenakan dengan dipadukan celana levis berwarna hitam. Yuri memandang dirinya di depan cermin, tubuhnya yang six-pack kini telah tertutup dengan baju kaus yang ia kenakan. Ia juga menyisir rambutnya yang masih basah dengan jari-jarinya agar terlihat rapi. Hidung mancung, bola mata hitam legam, serta senyum manisnya membuat wanita mana saja yang melihatnya memeleh jatuh cinta. Namun, selama ini Yuri cukup sadar diri. Jika ia bukanlah anak Raja maupun orang kaya. Itulah sebabnya, Yuri memilih untuk tetap sendiri walapun wanita satu tempat kerja, menyukainya.
Yuri melangkah menuju dapur, diambilnya satu bungkus coffee cappuccino untuk ia tuangkan ke dalam cangkir putih ukuran sedang yang ia punya. Dituangkalah air panas dari termos ke dalam gelas yang sudah berisikan bubuk kopi, kemudian ia aduk perlahan hingga tak ada lagi yang bubuk yang menggumpal atau tak teraduk di bawahnya. Tak lupa ia mengambil tutup untuk ditutupkan pada cangkir miliknya. Kemudian membawanya ke luar teras dan bersantai duduk di sana.
"Tit, ... tit!" Suara klakson mobil pickup tak bisa lewat karena terhalang motor butut Astrea kesayangannya. Melihat hal itu, Yuri langsung sigap memindahkan motor miliknya dengan memasukannya ke dalam teras. Mobil pickup berwarna hitam berhenti tepat di hadapannya. Saat ini, Yuri duduk pada kursi yang ada di teras sembari menikmati kopi yang baru saja ia seduh. Dilihatnya seorang perempuan yang turun dari mobil, bersama dengan seorang pria tua yang sebagai sopirnya. Tak lama kemudian datanglah Ibu kos menggunakan kendaraan matic mendekati mereka. Sopir itu mencoba menurunkan barang-barang yang ada di atas mobil pickup dibantu oleh seorang perempuan yang entah siapa namanya. "Yur, tolong bantu Bapaknya ini lho," teriak Ibu pemilik kosan pada Yuri.