Yu And Ri

Natasya Drsye
Chapter #2

Sahabat #2

Minggu indentik dengan hampir setiap orang menambah jam tidur mereka. Padahal bisa saja mereka bangun memulai aktivitasnya seperti biasa. Namun, sebagian besar mereka malah suka menambah jam tidurnya bukan karena malas. Tetapi karena kesempatan seperti ini hanya datang sekali dalam seminggu, termasuk juga dengan Yuri yang baru saja terbangun. Malah kembali memejamkan kedua mata, udara dingin membuat ia tambah menarik selimutnya. Tiba-tiba saja ia memimpikan hal yang benar-benar terasa nyata. Bu Mur datang ke kosannya dan mengetuk-ngetuk pintu sembari berteriak. “Yuri! … Sudah bangun belum kamu. Kursi di depan kapan kamu perbaiki? Yurrrriiiiii!” teriaknya menggelegar.

“Astaga!” Yuri terbangun dari tidurnya, spontan ia terduduk karena terkejut dengan teriakan Bu Mur. Entah kenapa mimpi itu benar-benar terasa nyata. Bahkan, suaranya terdengar sangat jelas. Yuri menguap rasa kantuk masih menyelimuti dengan telapak tangan ia menutup mulutnya. Kepalanya terasa pening karena terbangun dalam keadaan terkejut. Kedua matanya pun masih mengayun, seolah-olah meminta Yuri untuk mendekatkan kembali kepalanya ke bantal. Yuri mengikuti kata hatinya, perlahan ia mendekat meletakkan kepalanya di atas bantal dan mulai memejamkan kembali kedua matanya. Baru saja matanya mau terpejam tiba-tiba ia mendengar kembali suara teriakan Bu Mur. “Yurrrriiii!” teriaknya terdengar sungguh sangat nyata. Namun, ia tak menghiraukan dan malah melanjutkan tidur.

“Yur kamu itu jangan boros-boros listrik. Lihat ini lampu kamu masih nyala,” omel Bu Murti dari depan dengan cerewet.

Mendengar ucapan itu Yuri langsung menyingkirkan selimut yang menutup tubuhnya. Ia bergegas turun dari tempat tidur dan memakai sandal tak beraturan. Yang penting Yuri segera mematikan lampu dan meminta maaf pada Bu kos sebab, beliau sangatlah galak dan tentu saja Yuri tak ingin mencari masalah sepagi ini. Dengan setengah berlari bahkan habis terjatuh ia mengetek mematikan saluran lampu yang ada di halaman depannya. Tak lupa ia berjalan dan membuka pintu untuk menemui Bu kos. Seiris senyum pagi ini disuguhkan pada Bu Mur, tak hanya senyum biasa yang disuguhkannya namun ia sudah membumbuhi seyum sebelumnya. Dengan bumbu gula yang cukup banyak agar terilhat manis meskipun senyumnya amat terpaksa.

“Pagi Bu.” sapanya pada Bu Mur.

Bu Mur malah menarik sebelah sisi bibirnya meremehkan tanpa menjawab sapaan yang baru saja terlontar. Sorot matanya yang tajam tak henti memerhatikan ujung rambut hingga ujung kaki Yuri yang kini rambutnya acak-acakan. Belum lagi baju yang ia kenakan hanyalah kaus oblong dan bawahan celana kolor. Mata Bu Mur memerhatikan lebih bawah lagi ternyata sandal yang ia kenakan juga kebalik entah bagaimana ia memakainya. Yang kiri ke kanan dan yang kananmalah  ke kiri, aneh memang. Bu Mur menggelengkan kepala. Yuri yang merasa aneh dengan tatapan mata Bu Mur ia langsung mencoba melihat dirinya sendiri. Astaga! Ternyata sandalnya kembali pantes saja rasanya tak nyaman.

“Aneh.” lontar Bu Mur seketika.

“Memakai sandal dengan cara seperti ini adalah tren, Bu.” ungkap Yuri sembari mengaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

“Tren tahun berapa? Ibu belum pernah melihat orang memakai sandal kebalik kayak gitu.”

“Tren 2021 hehe. Atau mungkin 2022 yang akan datang juga enggak papa.” sahutnya meringis sembari terkekeh.

Diam-diam ternyata sedari tadi Yurida membuka jendela kamarnya dan memerhatikan tetangga kosan depan. Ya, siapa lagi kalo bukan Yuri. Yurida terkekeh mendengar ocehan yang tak bermutu. Karena ia terkekeh terlalu nyaring Yuri pun menyadari keberadaan tetangga barunya. Ternyata dari balik jendela ia sedang cekikikan dan mengarah padanya. Bu Mur yang tak lepas mengamati tatapan mata Yuri pun melihat Yurida. Melihat lampu yang belum juga dimatikan Bu Mur langsung berteriak 

“Yurriiii! …. matikan lampumu.”

“Sudah Bu.” sahut Yuri bingung.

Lihat selengkapnya