Yu Limbuk 1956

Ariyanto
Chapter #15

Tuhan Bekerja dengan Cara Berbeda

Selama seminggu setelah Yu Limbuk meninggal, rumah makan Gudeg Yu Limbuk tidak beroperasi. Selain anak-anaknya masih berduka, masih banyak saudara dan tamu yang datang untuk mengucapkan belasungkawa. Bahkan karangan bunga pun tak berhenti mengalir ke kediaman Yu Limbuk di kampung Panularan. Bukti bahwa Yu Limbuk adalah sosok yang mendapat hati di banyak kalangan, dari saudara, kolega, pelanggan, dan masyarakat.

Kondisi ini membuat anak-anaknya sejenak melupakan tentang semua persoalan yang dialami sebelumnya. Ketika berbicara soal kematian, maka tidak penting lagi semua masalah itu: turunnya omzet 30%, fitnah soal makanannya tak halal, dan lain sebagainya. Uang menjadi hal yang nomor ke sekian. Luar biasa bagaimana sebuah kematian mampu membuat nol hidup orang.

Seminggu setelahnya, anak-anak Yu Limbuk akan mulai membuka lagi rumah makan, baik yang di pusat maupun yang di cabang Gading. Rencananya, pembukaan ini akan disertai dengan acara doa bersama dan pengajian yang akan dihadiri 100 anak yatim dari sebuah pondok pesantren di Kartasura, sekitar 10 km dari pusat kota. Acara digelar setelah sholat Jumat, tanpa mengundang tamu. Hanya keluarga besar saja.

“Tuhan itu Maha Adil ya ... dan ini semoga memang karena amalan Simbok juga. Dulu, kami mati-matian berusaha cari cara membantah isu soal makanan kami tidak halal. Sempat berpikir untuk mengundang anak yatim-piatu makan di sini juga kan demi menghalau fitnah itu, tapi kemudian kami batalkan karena kelihatannya tidak elok takut dianggap memanfaatkan anak-anak itu demi kepentingan bisnis. Tetapi lihatlah sekarang, ini Tuhan menghadirkan solusi menghalau fitnah itu melalui cara-Nya. Saat Simbok meninggal, banyak pihak yang ingin membantu kami menggelar doa bersama,” tutur Yanto.

“Lho ini bukan ide keluargamu?” tanya Tiara.

“Bukan. Ini Kyai Faqih, pengasuh pondok pesantren yatim piatu di Kartasura yang menghubungi kami. Beliau menawarkan doa bersama dan anak-anak asuhnya ingin mendoakan Simbok. Ini semoga juga membukakan mata orang, bahwa rumah makan kami adalah rumah makan yang halal.”

"Kyai Faqih kan orang berpengaruh di kota ini. Aku yakin kehadiran beliau akan mampu membantah isu-isu tak sedap itu. Tapi sebentar, bagaimana keluargamu mengenal Kyai Faqih?” tanya Tiara lagi.

“Sebenarnya ini tidak elok diceritakan karena bisa jadi riya ... tapi ya kamu sudah dianggap jadi bagian dari keluarga ini, jadi ya aku mau buka aja ya. Jadi, sejak 15 tahun terakhir, Simbok mewajibkan 2,5 persen dari seluruh keuntungan rumah makan untuk disalurkan ke pondok pesantren milik Kyai Faqih setiap bulannya. Itu di luar bantuan yang diberikan Simbok lainnya, misalnya renovasi masjid di pondok pesantren, pernah juga menyumbang perlengkapan komputer untuk belajar mereka. Insha Allah jadi bekal Simbok lancar menuju surga. Amin ... ” mata Yanto berkaca-kaca.

Lihat selengkapnya