Yu Limbuk 1956

Ariyanto
Chapter #22

Video untuk Tiara

 Tiara berjalan cepat sambil sesekali menengok ke arah belakang. Seperti ada orang yang mengikutinya dari belakang, tetapi saat dia menoleh, sosok itu tidak ada. Tiara yakin sekali kalau dia diikuti seseorang.

Saat melihat rombongan orang akan masuk ke lift, Tiara dengan cepat bergabung dengan mereka supaya aman. Sebelum pintu lift menutup, dia melihat seorang laki-laki berambut cepak mengenakan kaos hitam melihat ke arahnya. Sekilas.

Tiara memencet tombol B1, menuju ke parkiran di basement di mana dia meletakkan mobilnya. Sebenarnya dia sejak awal ragu-ragu apakah akan menengok teman kantornya malam ini atau siang saja Sabtu depan saat dia libur. Tiara sebenarnya merasa sangat takut kalau harus berkeliaran di rumah sakit sendirian. Tetapi kalau menunggu hari Sabtu masih terlalu lama juga, kemungkinan temannya sudah pulang dari rumah sakit. Dia merasa tidak enak kalau tidak segera menengok, karena teman-teman kantor lain sudah menengok.

Sudah sampai di B1, pintu lift terbuka. Sekarang tinggal dua orang yang berada di dalam lift itu dan keluar menuju basement. Tiara merasa deg-degan, berusaha mempercepat langkah mencari di mana posisi mobilnya. Begitu ketemu, dia langsung masuk cepat ke dalam mobil, kemudian menyalakan mesin mobilnya. Berlahan dia menjalankan mobilnya keluar dari basement. Ada satu mobil yang lebih dulu keluar.

“Sepertinya ada yang mengikutiku...”

Tiara mengirimkan pesan Whatsapp kepada Yanto, sang pacar. Paling tidak nanti kalau ada apa-apa, dia sudah meninggalkan jejak.

Masih pukul 20.00 WIB, Tiara ragu-ragu pulang sendiri ke Solo Baru. Rumahnya di kawasan itu, yang berada sedikit di pinggiran kota, memang agak sepi kalau di atas jam 21.00 WIB. Lebih menunggu di tempat ramai sampai pukul 21.00 WIB, mungkin lebih sedikit, dan meminta Yanto mengawalnya sampai rumah. Jam segini, pacarnya itu masih berada di rumah makan di Tambak Segaran.

Tiara sudah merasa tidak diikuti lagi. Dia lega. Pikirannya bergerak cepat mau kemana dia untuk membunuh waktu hingga pukul 21.00 WIB. Lebih baik dia memilih public space yang sekiranya ramai. Lagipula dia juga merasa lapar karena sejak siang belum makan. Tiara membelokkan mobilnya ke kiri, di Jl Diponegoro, lalu dengan cepat masuk ke halaman parkir KFC di pojokan jalan. Sepertinya ini lebih aman baginya, karena KFC ini lumayan ramai dan berada di tengah kota.

Aku di KFC Diponegoro cari makan. Ntar kelar kerja kamu ke sini ya. Antar aku pulang. Kutunggu.”

Pesan kedua yang dikirimkan Tiara ke Yanto. Pesan pertama bahkan belum dibalas. Tetapi lima menit kemudian, Yanto membalas singkat “Oke”.

Tiara langsung memesan makanan yang diinginkannya. Dia memesan winger hot spicy, air mineral dan french fries, yang sepertinya cukup untuk mengganjal perutnya yang keroncongan. Sebenarnya dirinya merasa sangat capek karena sejak pagi dia harus mengikuti meeting marathon di kantornya, sebuah perusahaan advertising. Tetapi kalau langsung pulang juga nanti masih ribet untuk cari makanan. Lebih baik sekalian makan, jadi sampai rumah tinggal mandi lalu tidur.

“Kentangnya yang biasa atau mau yang fun fries, Kak? Kalau fun fries ada pilihan bumbunya, Kak. Bisa memilih Korean Grill, Barbeque, Spicy Sour?”

Spicy Sour saja ...” jawab Tiara cepat.

“Baik, Kak. Totalnya Rp 69.000, Kak.”

Tiara mengeluarkan uang lalu menunggu beberapa saat makannya disiapkan. Begitu pesanannya siap, Tiara langsung membawanya dan memilih meja yang diinginkan. Beberapa meja yang sebenarnya nyaman tampak sudah diduduki orang. Sampai kemudian Tiara mendapatkan satu meja kosong di pojok sisi kiri pintu keluar. Ini baru hari Selasa kenapa tempat makan penuh amat, batin Tiara.

Lihat selengkapnya