BAB 5
PECEL LELE
Malam itu, aku memberanikan diri untuk menghubungi Yuan. Keputusan ini bukan tanpa alasan, aku tahu ia memperhatikanku selama magang. Meja kerja kami saling berhadapan, dan aku dapat merasakan tatapannya yang penuh keprihatinan saat mataku sembab akibat tangisan diam-diam di kamar mandi. Aku tidak tahu apakah itu perhatian murni atau sekadar rasa kasihan, tapi Yuan selalu peka terhadap pergerakan kecilku.
Hari itu, aku meminjam ponsel teman sekost untuk menghubungi Yuan. Ponselku sendiri tak bisa digunakan dengan bebas karena masih disadap oleh Rayn.
To Kak Yuan:
"Kak Yuan ini Nara, hari ini ada waktu kosong?"
Kak Yuan:
"Mau keluar?"
To Kak Yuan:
"Iya, kalau kakak ada waktu."
Kak Yuan:
"Oke, jam 7 ya, Ra. Nanti aku jemput."
Pukul tujuh tepat, Yuan mengirim pesan bahwa ia sudah di depan kost. Aku segera keluar, memastikan tak ada satu pun rekan magang yang melihat kami.