BAB 7
ANCAMAN YANG BERULANG
“Lo gak bawa HP, Ra? Dari tadi Rayn ngehubungin gue suruh lo angkat telepon. Gue bilang aja lo lagi cari makan keluar,” ujar Rea.
Ekspresinya datar, seolah mengerti apa yang mungkin akan segera terjadi. Aku menghela napas panjang. Tidak perlu dijelaskan lebih jauh; aku tahu apa artinya itu.
Tanpa banyak bicara, aku masuk ke kamar. Riasan di wajah masih menempel, sisa dari seharian berkegiatan. Aku mengambil handuk dan pakaian ganti dengan niat segera membersihkan diri, berharap mandi akan sedikit menenangkan perasaanku yang mulai cemas. Namun, keheningan itu tidak berlangsung lama.
Saat aku membuka pintu kamar mandi, tubuhku hampir otomatis membeku. Langkahku terhenti di depan sosok yang berdiri di sana—Rayn.
“Seger habis mandi?”
Suaranya berat, menyelipkan nada yang membuatku tidak nyaman.
Aku mematung sejenak, mencoba mempersiapkan diri untuk apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Laki-laki yang aku hindari sedari tadi kini ada di tempat yang tidak seharusnya ia datangi. Dengan tangan yang gemetar, aku berbalik, menghadapnya.
“Kemana aja lo?” tanyanya, suaranya penuh amarah.