Yuko

Juli Mekariani Simbolon
Chapter #1

01 - Apa keinginanmu?

Malam itu terasa sangat tenang hingga cenderung horror. Bulan dan bintang pun seolah enggan untuk menunjukkan wajahnya dan bersembunyi dibalik gelapnya langit. Hanya ada 1 atau 2 kendaraan yang berlalu lalang, itupun hanya kendaraan yang mengangkut barang lintas provinsi atau orang- orang yang baru pulang minum- minum. Tidak ada yang aneh dari sebuah kota yang terlihat sepi karena jam 2 pagi adalah waktu normal bagi dunia manusia untuk beristirahat.

Semua tampak normal seperti hari- hari lainnya, kecuali satu hal. Didepan salah satu apartemen tampak seorang wanita cantik dengan tampilan sekitar umur 28 tahun, mengenakan gaun hitam selutut dan sepatu heels dengan warna senada tampak berjalan santai sambil menyeret tongkat baseball.

Dia sangat cantik. Dengan tinggi semampai dan bentuk tubuh ideal melebihi model, rambut lurusnya yang berwarna hitam sepinggul tampak mengkilat setiap kali tersorot cahaya, dan senyumnya mampu meluluhkan hati setiap orang yang melihatnya. Nilai 10/10 untuk penampilan kecuali untuk satu fakta bahwa dia berkeliaran jam 2 pagi...

‘tlok’

‘tlok’

‘tlok’

‘seerrrkkkk’

Langkah kaki dan suara tongkat baseball itu samar- samar memecah keheningan malam, dan setiap langkahnya meninggalkan jejak sensasi yang berbeda, seakan- akan dia adalah mesin pendingin yang sedang melintas.

Di pintu masuk gedung apartemen tersebut tampak seorang pria berseragam sekuriti sedang duduk dikurisnya sambil terkantuk- kantuk. Dimeja didepannya tampak segelas kopi yang sudah dingin karena sudah dibuat sejak beberapa jam yang lalu. Wanita cantik itu tersenyum sekilas kepada sekuriti itu sebelum mengayunkan tongkat baseballnya dan tepat menghempaskan gelas itu tepat ke tembok dan membuat sekuriti itu terkejut.

‘PRANG!!’

“SIAPA ITU?!”, dia memukulkan tangannya ke meja dan memendarkan pandangannya kesekitar namun tidak mendapati seorangpun disekitarnya.

“Aneh sekali. Tidak ada orang disekitar sini. Apa ada orang yang iseng, ya?”, sadar bahwa tidak mungkin ada orang yang datang pada jam itu, dia memiringkan kepalanya sedikit dan menggaruk kepalanya. Dengan malas diambilnya sapu dan pengki serta beberapa lembar koran bekas untuk membersihkan sisa-sisa kopi agar jangan sampai berbekas.

Dengan kondisi masih sedikit mengantuk ia tetap mengumpulkan pecahan gelas yang berserakan dengan kondisi menghadap tembok, namun saat mengangkat kepala dia menyadari bahwa tidak hanya siluetnya yang terpantul di dinding melainkan ada siluet orang lain yang berdiri tepat disebelah kanannya. Dengan segera dilihatnya ke sisi kanan namun tidak didapatinya siapapun disebelahnya.

Dalam kondisi masih bingung dan mulai merasa takut, dia merasakan sekelebat hawa dingin melewatinya diiringi suara langkah kaki dan suara benda diseret yang terdengar samar- samar. Wajah sekuriti itu tampak pucat dan pikirannya sudah menjurus pada yang tidak- tidak, dan dengan refleks diambilnya tasnya dan segera pergi.

“Hiey! Sebodo amat dengan gaji besar kalau ada hantu! Ternyata apartemen besar pun tetap ada hantunya”, kata pria itu sebelum akhirnya punggungnya hilang ditelan malam.

Kondisi kembali hening. Setelah –secara tidak sengaja- mengusir sekuriti itu, wanita itu akhirnya berjongkok didekat pecahan gelas tadi dan memungut sosok seperti manusia kecil diantara pecahan gelas itu.

“Apa yang kau lakukan disini? Tidak seharusnya kau ada disini”

Lihat selengkapnya