Z FLAKKA 20

Adine Indriani
Chapter #2

#BLOK F

Sebulan sejak kecelakaan di Laboratorium Globe Sains.

Badan Inteligen Negara (BIN) secara rahasia sedang mencari keberadaan ilmuwan asal Rusia yang telah menghilang dari laboratoriumnya secara misterius. Kecelakaan yang terjadi di dalam laboratoriumnya tengah diselidiki oleh penyidik dari BIN sebagai kasus luar biasa. Kematian seorang pelatih lumba-lumba yang cukup tragis, hanya menyisakan sisa-sisa dari daging yang terkoyak dan tulang yang tidak utuh lagi.

Ditambah dengan hewan lumba-lumba yang masih hidup di kolam dalam laboratoriumnya dengan penjagaan ketat. Dikarenakan lumba-lumba yang bernama Lulu itu terlihat berbeda dengan foto yang terdapat di sebuah mading transparan yang terbuat dari kaca. Lulu yang terlihat di kolam terkesan buas dan ganas. Apalagi bisa dipastikan Lulu yang sudah memakan Pelatihnya sendiri. Oleh karena itu kolam tersebut telah ditutup oleh jaring yang terbuat dari besi agar Lulu tak bisa melompat ke permukaan.

BIN berusaha keras menekan CIA (Central Intelligence Agency) untuk membocorkan laporan penelitian yang dilakukan Globe Sains yang ada di Indonesia. Namun, sampai detik ini baik dari pihak CIA dan NASA Amerika masih saja mengelak dari semua pertanyaan dan keterkaitannya atas kecelakaan di laboratorium Globe Sains anak cabang miliknya. BIN Indonesia meminta pihak Amerika untuk mempertanggungjawabkan atas insiden meninggal dunianya Pelatih Lumba-lumba yang bernama Alonzo dari Rusia. Dan Badan Inteligen Indonesia juga memaksa NASA untuk memberitahukan penelitian yang sedang dilakukan oleh Fredrick. Tak pelak, semua itu tak diindahkan oleh Pemerintahan Amerika dengan alasan, pihak mereka sudah dirugikan dan dicemarkan nama baiknya, karena apa yang dilakukan Fredrick tanpa sepengetahuan Globe Sains Corporation yang berpusat di Amerika.

***

Breeng! Breeng!

Deru-deru suara bising dari knalpot motor ninja milik anak-anak kelas A yang baru saja memarkir di parkiran sekolah. Ninja keluaran terbaru yang dimiliki oleh geng Faray yang ramai dibicarakan. Mereka dikenal sekumpulan anak orang kaya yang sering pamer dan bisa membeli apa saja, sedangkan yang lainnya lagi menyebutnya sebagai geng aliran sesat. Namun, semua itu terdengar seperti isu murahan yang dimuntahkan setelah mendengarnya.

“Gila, ninja ZX 25R, sadis-sadis!” sanjung Yoga sambil menggelengkan kepala. Yoga tertinggal oleh langkah teman-temannya yang segera meninggalkan arena parkiran. Mereka bagian dari kelompok lain yang tidak termasuk di dalamnya, tak akan pernah bisa.

“Woi, tungguin dong!” pekik Yoga berlari menyusul Gogo, Gunawan dan Manu yang berjalan paling depan.

***

Siang harinya di SMA favorit di Jakarta itu sangat riuh terdengar sorak sorai dikarenakan jamkos alias jam kosong. Sekolah swasta Dona Brasco yang terkenal dengan anak-anak berbakat, cerdas dan bertalenta. Tahun lalu, anak-anak kelas 3A di mana kebanyakan diisi oleh murid-murid unggulan, baru saja memenangkan debat berbahasa inggris dan perlombaan sains yang diadakan di Singapura. Sementara, itu di belahan bagian sekolah lainnya, seperti halnya sekolah pada umumnya pasti memiliki aib. Anak-anak yang terpinggirkan atau “minus” digolongkan masuk ke dalam kelas F atau mereka menyebutnya Blok F.

Anak-anak Blok F terkenal sebagai anak yang memiliki kecerdasan yang berbeda, mereka merasa tidak perlu belajar. Di kelas itu dipenuhi oleh anak-anak yang nakal, pembangkang, dan memiliki kenekatan yang besar. Kelas terpojok yang berada di bagian timur laut dekat dengan kamar mandi yang sudah terbengkalai. Menjadikan kelas itu semakin luput dari perhatian dikarenakan keangkerannya. Namun, nyali yang dimiliki anak-anak Blok F bukan apa-apa, mereka hanya sudah terbiasa. Bahkan mereka sering menjadikan tempat itu sebagai tempat bercengkrama atau nongkrong yang mereka sebut kamar monyet.

Di dalam kelas, murid yang bernama Manusiwa merasa sangat bosan melihat kondisi kelasnya yang begitu-begitu saja. Semuanya ribut, bercanda kekanakan, saling melempar dan berlarian hingga membuat gaduh. Manu sebagai Pemimpin Blok F merasa tak tahan dengan semua kekonyolan itu. Ia menarik napas dalam dan beranjak dari bangkunya, mencengkram kedua pundak temannya di depan yang sedang tertidur pulas.

“Bangun loh, tidur molo,” sentak Manu sambil mengemplang belakang kepala Yoga Prasetyo. Seketika, Yoga mengaduh sambil memegangi kepalanya. Ia terpaksa bangun dari mimpinya untuk mengikuti Manu yang sudah meninggalkannya.

“Ke mana?” tanya Yoga kepada teman-teman lainnya yang menyusul Manu.

“Biasa, monyet,” jawab Gogo Febrian santai. Ia berjalan melambat dikarenakan tubuhnya yang paling sintal di antara geng Blok F. Yoga merogoh sesuatu dari bawah bangkunya. Melepas sesuatu yang sengaja direkatkan dengan lakban hitam.

Sebungkus rokok diselipkan ke dalam saku celana dan mengejar ketertinggalannya. Tak lama dari arah berlawanan seorang lagi yang bernama Gunawan melihat teman-temannya yang baru saja keluar dari kelas. Ia menyeringai licik seperti sudah tahu ke mana tujuan anak-anak itu. Langkahnya dengan cepat berubah berlari tak mau ketinggalan keseruan. 

Gunawan melihat Yoga yang tertinggal di belakang dan segera menyampirkan lengannya ke bahu Yoga yang masih belum sadar sepenuhnya. Tubuhnya masih lemas sampai Gunawan harus memanggil nyawa kesembilannya dengan memukul bokongnya. Sekali lagi, Yoga mengaduh kesakitan, sedangkan Gunawan terbahak-bahak melihat wajah konyolnya.

“Tidur mulu, mabok paramex lu yak,” sindir Gunawan terkekeh.

“Sialan lu, elu kali mabok panadol, huh!” protes Yoga mengelus bokongnya.

Lihat selengkapnya