Z FLAKKA 20

Adine Indriani
Chapter #8

#ALASAN

Kapan seseorang memutuskan menjadi seorang pembunuh? Ketika sudah ada alasan yang membuatnya ingin melakukannya. Sesuatu yang memicunya, kondisi di mana keinginan itu akhirnya tak terbendung lagi. Benarkah seorang pembunuh membutuhkan alasan untuk membunuh. Mungkin ada, mungkin juga tidak. Seorang pembunuh tak memerlukan alasan hanya untuk membunuh.

***

“Dibutuhkan berapa lama seorang pembunuh melakukan kejahatannya untuk pertama kali?” tanya Ning pada mahasiswa yang hadir di kelasnya.

“Berbulan-bulan, mungkin?”

“Sejak lahir!” jawab seorang mahasiswa di belakang.

Jawaban itu mengundang tawa mahasiswa yang hadir.

“Membutuhkan bertahun-tahun untuk menjadikan seseorang pembunuh. Seorang pembunuh memerlukan alasan untuk membunuh. Mengumpulkan semua hasrat, gejolak, alasan dan rencana, hingga akhirnya membunuh.”

“Tidak ada pembunuh yang melakukan kejahatannya tanpa alasan!?”

Deeerrtt, deerrrttt.

Ponsel Ning bergetar, Bima menghubunginya. Ning mengakhiri kelasnya.

“Halo!”

“Ning, aku kirim beberapa foto … ada korban baru seorang wanita. Kamu benar Ning, ini bukan pembunuhan pertamanya. Si kolektor kelingking beraksi kembali,” ujar Bima.

“Apa?” 

Sudah bertahun-tahun tidak mendengar namanya, sekarang apa sudah tujuh tahun pembunuh itu kembali. Apa alasannya berhenti dan beraksi lagi.

“Ning, apa kamu masih di situ?” tanya Bima.

“Ah ... iya, aku dengar.” Ning berhenti dari lamunannya, teringat dengan pembunuh yang belum berhasil tertangkap itu.

Beberapa foto dikirim oleh Bima, lokasi dan wanita yang terbunuh itu. Terdapat ciri yang sama dengan pembunuhan lima orang wanita pada tujuh tahun silam. Kelingking wanita itu terpotong dan hilang. Pembunuh itu mencekiknya dengan tangan kosong, sebelumnya diberikan obat bius agar tidak sadar. Hal ini diperkuat oleh temuan dokter forensik yang menyatakan dalam laporan resminya, pada tubuh korban terdapat kandungan gamma-hydroxybutyric acid (GHB). Obat bius itu menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran selama berjam-jam dan tidak akan mengingat apa-apa setelah sadar. Hal ini yang kerap membuat Petugas penyelidikan kesulitan untuk mengorek keterangan terhadap korban. Dalam kondisi setengah sadar, anehnya pelaku justru langsung mencekiknya. Kemungkinan pelaku merasa sangat senang melihat korban mati perlahan di tangannya.

***

Korban pria yang dibunuh tiga hari yang lalu bernama David Situgiring. Korban tinggal di Tangerang dan pernah mendapatkan larangan mendekat dari salah satu kampus di Tangerang, karena mendapati mengancam seorang dosen di sana. Seorang dosen wanita bernama Sari Wiryan yang mengajar di fakultas tehnik mesin.

Sembari berjalan di selasar sebelum masuk ke dalam kelas untuk mengajar. Pak Bima bertanya pada dosen tersebut.

“Iya … orang yang bernama David itu pernah membuat keributan ketika Saya sedang mengajar. Sampai harus minta bantuan keamanan untuk mengusirnya,” ucap Dosen Sari.

“Apa yang dikatakan David?”

“Dia menuduh Saya telah membunuh istrinya, dia menyebut-nyebut nama Claudia istrinya.”

“Menurutmu, kenapa David bisa menuduhmu membunuh istrinya?”

“Saya tidak tahu. Pernah Saya berpikir, apa karena, Claudia adalah lulusan kampus ini, mahasiswi yang pernah saya bimbing skripsinya. Dan terakhir pertemuan Saya dengannya tepat di hari dia terbunuh. Sayang sekali padahal, Claudia sering berkonsultasi sama Saya untuk desertasi yang sedang disusunnya di kampus lain.”

Lihat selengkapnya