Dini hari, setelah Manu berhasil membuka pintu kamar angker dengan congkelan penggaris besi. Mereka melarikan diri melalui jendela yang terdapat di dalam kamar itu. Jendela kaca yang sudah pecah pada sudut atas sebelah kanan ditambahkan Manu kehancurannya untuk membuat mereka meloloskan diri. Manu menendangnya dengan dua kaki.
Suara pecahan kaca itu membuat zombie yang sejak tadi berusaha mendobrak pintu depan semakin beringas. Zombie itu berhasil menemukan persembunyian mereka dan mendapati Manu dan kawan-kawan melarikan diri melewati jendela. Setelah berhasil keluar dari sana, jalan yang harus ditempuh tak mudah. Terdapat dinding menjulang dan mereka bahu membahu menaikinya. Denaya yang pertama menaiki punggung Manu agar bisa memanjat.
Jalanan sepi mereka rayapi seperti sekelompok pemabuk yang lupa diri jika hari sudah pagi. Sesekali kendaraan melintas, tak satu pun yang bersedia berhenti. Toko-toko dan warung-warung masih tutup dengan penerangan lima watt. Kelelahan fisik dan ketakutan yang membuat mereka linglung. Namun, Manu tetap berusaha untuk mencari minimarket yang buka 24 jam demi mengisi daya ponselnya.
“Manu, gw capek, gw pengen pulang,” rintih Denaya tak sanggup lagi berjalan.
“Nu, istirahat dulu, sebentar aja,” sambung Gogo.
Manu melihat sebuah taman bermain dekat dengan sekolah kanak-kanak. Mungkin di sana mereka bisa beristirahat barang sebentar untuk memulihkan tenaga. “Kita ke taman itu,” tunjuk Manu.
Sesampainya di taman, Denaya memilih ayunan untuk duduk, sementara yang lainnya memilih meluruskan kaki dengan bersandar di dinding perosotan. Mereka duduk berdekatan dan merasa ruh sudah meninggalkan jasad. Mengambang di langit, melayang-layang.
“Keluarin semua uang loh,” pinta Manu.
“Buat apaan?”
“Gw cari minimarket yang buka.”
Mereka merogoh kantong dan hanya memberikan Manu sedikit. Denaya selalu menyimpan uangnya di dompet dalam tas. Sehingga uang yang terkumpul hanya beberapa puluhan ribu saja.
“Elu semua tunggu di sini, gw cari minimarket yang buka 24 jam.”
“Jangan lama-lama, Nu.”
***
Setengah jam kemudian.
Manu kembali ke taman dengan membawa botol air mineral dengan tas belanja dengan judul go green yang membuatnya mengeluarkan kocek tambahan. Melihat teman-temannya sudah tertidur pulas. Ia tak sanggup membangunkan wajah-wajah letih dan pucat pasi. Di atas ayunan tiba-tiba, tangan Denaya yang berpegangan erat pada rantai besi mengulur ke bawah, tubuhnya melerai jatuh. Seketika Manu bergerak gesit menangkap tubuh itu sebelum menghantam lantai semen.