Seorang pemuda diikat dengan tali yang melilit lingkar pinggangnya, kepalanya tertutup tudung berwarna hitam, berjalan diapit oleh dua pemuda memakai jubah seperti rabi membawanya pada kumpulan orang-orang yang sudah menunggu membuat lingkaran. Semuanya melingkari pemuda itu, di depannya sudah ada altar patung Baphomet berwajah kambing bertanduk dengan sayap, tangan kanan ke atas dan tangan kiri mengarah ke bawah.
Ritual pemujaan akan dimulai, tudung kepala pemuda itu dilepaskan, hingga bisa melihat semuanya begitu menyeramkan. Sekumpulan manusia yang berjejeran mengelilinginya dengan jubah, wajah yang bersembunyi dibalik tudung rabi-nya.
Pemuda itu melihat ke altar di depannya, merasakan keanehan baru pertama kali melihatnya. Sekaligus membuatnya merasa ngeri dan menyeramkan dengan tengkorak-tengkorak di atas meja.
“Ini becanda 'kan? Kalian sedang becanda 'kan?” gugup Pemuda itu berusaha untuk mendapatkan jawaban.
Seseorang mulai merapal mantra, bacaan yang aneh dihadapan altar. Dewa setan yang dianggap agung bagi mereka, memberikan persembahan jiwa pemuda itu untuk Baphomet. Pemuda itu ketakutan hingga berlari, tetapi tali yang mengikat kencang pinggangnya membuatnya tidak bisa berlari ke mana-mana. Bak binatang peliharaan yang akan menjadi persembahan untuk dewa agung pada malam ini. Semua yang mengelilinginya menghalangi pemuda itu untuk lari, dari semua sisi hingga pemuda itu kembali ke tengah-tengah persembahan.
Setelah selesai merapal mantra, sosok itu mengambil sebuah belati yang panjang dan runcing. Telapak tangannya diangkat ke atas dan menyayatnya dalam hingga mengalir darah dengan deras, tetesannya memenuhi gelas. Para pengikut merasakan kehausan melihat tetesan itu, ingin mencicipinya. Seorang yang lain membuka botol soda dan menuangkannya ke dalam gelas yang sama.
Lezat sekali ….
Tiga orang mulai memegangi pemuda itu dan darah yang bercampur dengan sesuatu di dalamnya dipaksakan untuk masuk ke dalam kerongkongannya. Pemuda itu tersedak hingga kesulitan bernapas. Dalam keadaan kejang-kejang, mulai terdengar suara bisikan.
Bisikan-bisikan yang merayap keluar dari patung Baphomet, menandakan pemujaan itu diterima dengan baik olehnya. Kabut yang mulai keluar dari segala arah, menyelimuti kumpulan itu. Sesuatu bayangan yang gelap melayang-layang di angkasa, mengelilingi orang-orang yang menanti kemunculannya.
“Dewa Setan, Baphomet terimalah persembahan kami!”
Kabut yang membentuk wajah yang menyeramkan, mata yang dalam dan mulut yang terbuka lebar yang siap menerkam. Melingkari kumpulan itu terbang di atasnya hingga memilih pemuda yang sudah tergeletak meregang nyawa. Mata pemuda itu mendelik sosok menyeramkan itu, sosok itu masuk ke dalam sukmanya hingga tubuhnya bergetar hebat, terbanting-banting tidak terkendali sembari berteriak-teriak kesakitan. Hingga akhirnya mati.
***
MAYAT HIDUP DI RUANG AUTOPSI
Bima meminta pendapat tentang tato pentagram pada tubuh Derry. Seorang ahli simbol dan peneliti aliran-aliran sesat yang ada di Indonesia. Profesor Untung Pribadi, beliau menjelaskan jika simbol pentagram diadopsi dari kepercayaan Yunani kuno, Baphomet sendiri di beberapa negara seperti Amerika, Brazil, Meksiko dan masih
banyak lagi. Dianggap sebagai Tuhan atau Dewa Setan. Untuk itu mereka menginginkan kepercayaan mereka dianggap sah atau diakui sebagai agama karena jumlah pengikut mereka yang jutaan di seluruh dunia.
Patung Baphomet sendiri bagi pengikutnya menginginkan agar disandingkan dengan monumen 10 perintah Tuhan Kritiani, agar negara itu tetap sekuler dengan Setan atau Baphomet dijadikan sebagai penyeimbang. Hal itu menyebabkan para penganut kristian menolak keberadaan mereka karena menyesatkan dan meresahkan. Seperti halnya di Indonesia, banyak aliran-aliran yang dianggap sesat dan dianggap menyimpang dari nilai-nilai agama. Namun, keberadaannya masih sembunyi-sembunyi karena bentuk penolakan yang cukup keras oleh masyarakat beragama yang diakui oleh negara.
“Lalu, apa mungkin aliran pemuja setan itu masuk ke Indonesia?”
“Bisa saja, tidak ada yang tidak mungkin. Apalagi sekolah, kampus tempat yang sangat tepat untuk doktrinisasi dan perekrutan anggota baru atau kaderisasi.”
“Untuk apa mereka merekrut pelajar dan mahasiswa, keuntungannya apa buat anak-anak ingusan itu?”
“Kalau tujuan yang sesungguhnya hanya orang-orang di balik itu, tetapi keuntungan bagi pelajar dan mahasiswa? Apalagi lagi kalau bukan uang,” ungkap Profesor.
“Uang?”
“Ya, uang. Jangan dipikir organisasi itu tidak memilikinya, mereka sangat besar dan kaya, karena banyak hal-hal ilegal yang mereka lakukan,” bisiknya. Profesor itu membisiki Bima sesuatu yang tak bisa diungkapkannya keras-keras.
“Apa pemuja Baphomet di luar negeri jika melakukan ritual pemujaan dengan memberikan persembahan dengan
cara membunuh?”
“Ada darkside dari setiap pemujaan,” ucap Profesor.
Kemudian, Bima menemui Johan Bambu Si Kolektor Kelingking di penjara, selagi menunggu pembukaan sidangnya. Dengan tangan terikat, Johan duduk di depan Bima yang sudah menunggunya sejak tadi. Johan terlihat tidak bersemangat, wajahnya terlihat pucat. Penjaga memberitahu Bima jika sudah beberapa hari Johan tidak menyentuh makanannya.
“Apa kamu mau mati?”
Johan hanya diam dan menunduk. Tidak ada yang ingin disampaikannya lagi.
“Apa kamu mau bertemu dengan istri dan anakmu?”
Wajahnya langsung semringah, berseri-seri. Johan sangat merindukan keluarganya, terutama anaknya.