MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT DI JAKARTA TIMUR
Untuk pertama kalinya Manu, Gunawan, Yoga, Gogo dan Denaya menginjakkan kakinya di tempat seluas dan semegah itu. Menggunakan kendaraan kompi untuk perang sambil mengelilingi lapangan yang luas dengan ditumbuhi rerumputan kehijauan yang rapi sangatlah indah. Terdapat Videotron yang sangat besar dan canggih menghadap lapangan itu, sungguh memukau mata mereka.
Lalu, mereka di antar ke sebuah ruangan dalam aramedic tenda-tenda yang didirikan untuk para pengungsi agar bisa beristirahat. Denaya menanyakan tentang kondisi rumah dan orang tuanya kepada salah satu staff yang mengantar, tetapi jawabannya sulit untuk diterima.
“Pak Tentara, bagaimana dengan orang tua dan adik Saya di rumah? Saya pingin pulang,” pintanya.
“Kami juga, Pak,” tambah Gunawan. Di sisinya ada Yoga dan Gogo yang menanti jawaban itu.
“Dengar, kami tidak yakin kondisi di luaran apakah masih ada yang selamat atau tidak menjadi zombie. Jadi, kalian harus menerima semuanya dan tetap di sini supaya aman.”
“Barusan kalian bisa melihat lapangan yang hijau, sebentar lagi lapangan itu akan digunakan untuk menampung keluarga dari para tentara, polisi dan warga sipil yang bisa diselamatkan. Banyak orang yang menginginkan bisa berlindung di dalam tembok ini, jadi kalian jangan melakukan sesuatu yang konyol,” tambahnya.
Setelah mendengar penjelasan staff tersebut, Denaya merasa memerlukan udara segar. Ia berlari keluar tenda karena sudah tidak tahan lagi dengan perasaannya itu. Diikuti oleh yang lainnya di belakang. Meskipun lelah, mereka tak bisa bertahan di dalam ruangan pengap.
Tiba-tiba, suara kendaraan berat mulai berdatangan, truk-truk tentara yang sangat besar membawa pengungsi dari berbagai daerah. Lapangan itu seketika tertutup lautan manusia yang terlihat ketakutan, sendirian dan nestapa. Inilah akhir dunia yang sesungguhnya. Dalam sekejap apa yang baru saja terlihat indah tak lagi arame, penuh debu kesengsaraan yang menyapu udara semakin pekat.
RAPAT DARURAT.
Rapat terbatas dihadiri oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Pranomo Sudjatmiko, Panglima TNI Jenderal Dindin Aditya Sasmita, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Ginting Darmawan Abdurahman, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudoyono Wahono, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Padang Setyono, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Sigit Binomo.
Sementara itu selain pejabat penting dari bidang pertahanan dan keamanan. Rapat terbatas itu juga dihadiri oleh Lembaga pemerintahan non kementerian yaitu Badan Inteligen Negara (BIN). Kepala BIN yang sudah menjabat sejak tahun 2016 yaitu Jenderal Polisi Dr. Bibit Sasongko beserta staff. Dan juga Dr. F, PD, BS, Puput Hamzah yang diminta datang sebagai undangan untuk dimintai sarannya jika dibutuhkan. Dan ditemani oleh AKP Dean Andara dan IPTU Bimasakti yang ditugaskan untuk mengawalnya.
Di detik-detik terakhir, hadir pula Kapten Dirgahayu yang diundang secara langsung oleh staff Panglima TNI yaitu, Jenderal Dindin Aditya Sasmita. Panglima TNI mendengar tentang aksi heroiknya menyelamatkan beberapa pelajar dan kepala sekolah. Meskipun, ia menyangkal sikap kepahlawannya itu hanya semata-mata demi menyelamatkan puteranya.
Kedatangannya di ruangan rapat terbatas membuat geram Kepala Kasad Jenderal Ginting karena ia sudah melayangkan hukuman berat kepadanya. Dan mengapa, Jenderal Dindin justru mengundangnya dalam rapat penting itu.
Pemaparan dilakukan oleh staff khusus Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara Hartawan Prayoga sedang menjelaskan kondisi terkini mengenai peristiwa kejahatan luar biasa di beberapa wilayah. Penyebaran virus zombie, kerusuhan yang terjadi yang dilakukan orang-orang sipil, korban-korban penganiayaan, pembunuhan oleh zombie membuat para pembuat keputusan itu harus merapalkan rumus penyelesaiannya.
Disebutkan beberapa sekolah, rumah sakit dan perkantoran saat ini sudah merebaknya virus zombie yang tidak diketahui asal usulnya. Namun, dari beberapa kejadian, pemerintah bisa menyimpulkan jika virus ini telah dibuat oleh seorang ilmuwan yang berasal dari Rusia.
“Frederick Alexei Protov,” paparnya.
Dari pihak BIN menyatakan jikalau Frederick telah diculik oleh gembong narkoba yang berasal dari Tiongkok dan Philipina. Hartawan juga menjelaskan jika hasil penelitian Fredrick yang disebutnya sebagai virus Flakka 20 sudah disalahgunakan oleh dua kartel besar narkoba yang akan mendapatkan hukuman mati tahun ini.
“Sepertinya Steven Marimas alias Steven Chong dan Fulung Phulsa alias Gabriel Drandreb mengambil momentum ketika berita ilmuwan itu menemukan virus Flakka 20.”
“Komplotannya sudah membebaskan mereka dari Cipinang dengan menghancurkan penjara itu dengan bom granat dan senjata ilegal. Kerusakan penjara Cipinang ditafsir 80%, korban sipir dan penghuni 75%. Sementara, dilaporkan dari Nusa Kambangan, kerusakan tidak signifikan, tetapi korban sipir meninggal 15 orang dan penghuni penjara menjadi Zombie 90%.”
Kebanyakan Pejabat menggeleng sangat berat mendengar pemaparan itu dan merasa geram karena penjahat-penjahat itu sudah menghancurkan gedung penjara yang seharusnya menahan mereka di dalam lebih lama. Dan, seharusnya sipir yang bertugas tidak menjadi korban pembunuhan keji seperti itu. Ini benar-benar penghinaan besar-besaran terhadap penegak hukum.
BRAG!
“Benar-benar biadab!” geram Panglima TNI Jenderal Dindin Aditya Sasmita. Ia menggebrak meja setelah salah satu staff memberitahukan infromasi jika pabrik PINDAD di Bandung dan Turen telah dilucuti. Para penjahat telah mengosongkan seluruh persenjataan, amunisi dan peledak.
“Baru saja, Pabrik Pindad telah diserang!” erang Panglima TNI.
Apa?
Tidak mungkin.
Bagaimana bisa!
Gerutu mereka semua.
“Ckckck … kenapa ini bisa terjadi? Apa kerjaan BIN selama ini? Tidur!?” sindir Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Ginting Darmawan Abdurahman.
“Hmm … kalau sudah terjadi seperti ini BIN yang disalahkan, padahal kami sudah melaporkan temuan kami sebelumnya kepada anda, Pak Ginting,” tukas Kepala BIN Bibit Sasongko.
“Laporan apa? Temuan apa? BIN hanya mengatakan jika terjadi kecelakaan di laboratorium Globe Sains dan mengatakan jika itu bisa diselesaikan secara intern, karena hubungan baik antara BIN dengan CIA,” tegas Kasad Ginting Darmawan Abdurrahman membantah.
“Laporan kami tidak dianggap, sebab tidak mengancam keamanan nasional, ucapan anda sendiri, Pak,” serang Kepala BIN mengulang kata-kata Jenderal Ginting ketika itu.
“Kau!!” bentak Jenderal Ginting berdiri. Wajahnya sangat geram, sosoknya dijatuhkan di depan Pak Menteri dan Panglima TNI. Jenderal Ginting kehilangan muka.
“Sudah-sudah, serangan itu bersamaan dengan penyerbuan ke Cipinang dan Nusa Kambangan. Di saat personel kita sedang berusaha mengevakuasi korban sipil. Kita sudah kecolongan, mereka sudah merencanakannya. Dan, sangat terlambat jika kita saling menyalahkan, karena kita semua telah meremehkan kondisi pada saat ilmuwan itu menghilang dan tidak menyelidiki lebih dalam penemuan itu,” sergah Panglima TNI Jenderal Dindin Aditya Sasmita.