Z FLAKKA 20

Adine Indriani
Chapter #29

#SERBUAN BALASAN

Dirgahayu dan Dokter Puput berusaha pergi dari laboratorium Globe Sains setelah gagal dengan penawar atau serum uji coba pertamanya. Kekecewaannya sempat menyurutkan semangatnya, tetapi ia harus pergi dari sana sebelum tertangkap dan kembali ke laboratorium di Mabes jika ingin membuat percobaan serum kedua.

Keduanya memilih jalan yang mereka lalui dengan mengambil jalan menuruni tangga. Di selasar panjang bagian barat dari kejauhan, Dirgahayu bisa melihat lampu senter yang menyala. Beberapa bayangan petugas dengan senjata yang menodong ke depan. Mereka hendak menemukan penyusup dan akan menembak siapapun yang menerobos ke dalam.

Dari arah timur juga berdatangan petugas yang bergerak, Dirgahayu dan Dokter Puput terdesak tak bisa mengambil jalan pulang. Sedangkan pintu tangga darurat berada di utara, tetapi jika mereka berlari seluruh pasukan dari barat dan timur akan menyergap di pertengahan. Dirgahayu tak bisa mengambil resiko itu dan tertangkap berdua.

“Dok, tidak ada jalan lain. Selamatkan dirimu setelah mereka menangkapku,” ujar Dirgahayu.

“Apa yang kamu lakukan?” bisik Dokter Puput tak mengerti. Dirgahayu berdiri di tengah-tengah keluar dari persembunyiannya. Ia mengorbankan dirinya agar Dokter Puput bisa keluar dari sana tanpa tertangkap.

“Tenang saja, mereka sudah memecatku. Tidak mungkin aku mengalami pemecatan dua kali, hehe,” seloroh Dirgahayu terkekeh. 

Pasukan itu melihat pergerakan Dirgahayu, dengan cepat membidiknya.

“Jangan bergerak!” perintah salah satunya. Sejak tadi Dirgahayu sudah mengangkat tangannya ke belakang kepala. Lalu, Dirgahayu ditangkap dan dibawa ke dalam ruangan yang dikunci dari luar.

Sementara mereka sibuk mengurus Dirgahayu, Dokter Puput berlari kecil menuju pintu darurat, menuruninya dengan cepat. Keluar dari jendela dan memutari pekarangan seperti hutan kecil yang penuh pepohonan dan menunggu kesempatan untuk keluar dari pintu. Setelah berhasil keluar, ia segera memasuki kendaraannya dan kembali ke Mabes.

Sesampainya di Mabes, laboratorium itu sudah penuh dengan tentara angkatan darat di bawah komando Jenderal Ginting. Ia tak menemukan Dokter Puput di sana atau sebenarnya sedang menunggu kemunculannya. Tertangkap basah keluar dari Mabes tanpa izin, ditambah upaya menerobos paksa ke laboratorium Globe Sains.

“Ada apa ini? Siapa yang menyuruh kalian, kenapa peralatanku dikeluarkan?” protes Dokter Puput yang menahan mereka untuk mengeluarkannya.

“Aku yang menyuruhnya. Sejak awal, aku tidak menyukai anda dan ide menemukan obat untuk virus itu adalah pencarian sia-sia,” ejek Jenderal Ginting.

“Tahan dia!” tambah Jenderal Ginting.

“Tunggu … sebentar. Jenderal bisa menangkapku tetapi apa alasannya? Aku tidak melakukan kejahatan apapun,” kelit Dokter Puput. Jenderal Ginting berbalik menatapnya dengan kebencian.

“Jangan berkelit, Kapten pecatan itu yang melakukan pekerjaan kotormu sudah tertangkap. Tidak mungkin, ia sendirian dalam hal ini. Lagipula, kehadiranmu tidak cocok di sini” erangnya. Dokter Puput tidak gentar meskipun diancam.

“Apa harus seorang tentara yang berada di sini? Kenapa anda sangat membenci ideku untuk menemukan serumnya?” balasnya.

“Aku hanya tidak senang ada orang yang ingin menjadi pahlawan, membuang-buang tenaga para staff seolah-olah bekerja untuknya, padahal tidak paham apa-apa soal keamanan dan pertahanan yang memerlukan pengalaman berpuluh-puluh tahun untuk itu!” bentak Jenderal Ginting memekakan telinga.

Dokter Puput terdiam, ia termangu setelah bentakan keras itu. Dalam benaknya ia tidak setuju, tetapi hati kecilnya seakan mendapatkan hantaman kebenaran. Ia memang sudah gagal dan melibatkan seseorang dalam pekerjaan kotornya. Hal itu telah melanggar hukum dan mungkin ia harus menyerah saja.

“Ba-baik ….” Kalimatnya terpotong.

“Tunggu dulu, Dokter ini tidak melanggar apapun karena Komandan kami yang memberinya perintah langsung,” sela Pak Bima yang datang ke ruangan itu.

Lihat selengkapnya