Kakak sedang duduk di sofa tengah rumah sambil baca secarik kertas.
Aku yang sangat kepo orangnya ingin tau apa isi dalam surat itu, "Wah lagi baca apaan nih? Serius banget bacanya kayak yang bisa baca aja."
Kakak terdiam dengan raut wajah kesal dan sedikit marah, "Dasar adek..."
"Emang itu apaan, Kak?" tanyaku.
"Ini surat dari perempuan. Dia murid di pesantren, tapi tulisannya Bahasa Arab, mana tulisan arabnya gundul lagi. Aku nggak bisa menerjemahkannya."
"Tuh kan bener nggak bisa baca," Jari telunjuk aku mengarah ke kakak sambil ketawa sedikit.
"Sini aku baca," merebut secarik kertas itu dari kakak.
Aku membaca sekejap dan langsung menerjemahkannya, "Aswswsswwswzezwzwz... HAH‽ TIDAK MUNGKIN INI SURAT CINTA!" Aku sedih, beberapa air mata pun menetes, "Selama ini ada wanita sholehah matanya katarak yang ingin bercinta dengan Zailong. Kasihan banget wanita itu karena telah menerima kesialan yang amat besar."
"Adek haram..."
*Sensor karena mengandung kekerasan*
"Belum puas, hah!?" tegas kakak.
"Ampun," sambil mengusap air mata dengan lengan. "Padahal aku kan cuma bercanda. Huu-u-u..."
Kakak langsung memelukku, "Maaf! Jadi, gimana isi suratnya?"
"Jadi gini isinya...
"السلام عليكم، يا ريكون
بطريقة أو بأخرى أذهلتني هذه النظرة الأولى.
يصبح قلبي أكثر هدوءًا قليلاً عندما أراك.
أتمنى أن نتبادل القصص في المقهى المجاور للبيزانترين بعد العصر.
تحية الحب مني ، لينا ❤"
"Artinya apa, Dek?" melepaskan pelukannya yang tadi memelukku, dan menatap dekat dengan wajahku.
"Artinya... Assalamu'alaikum, Reikun
Entah kenapa aku kagum," ada kata yang cukup sulit buatku. Aku mendekatkan mata aku ke tulisan itu. Mungkin ini artinya, "pada pandangan pertama ini. Hatiku menjadi tenang saat memandangmu. Aku harap kita bisa saling bertukar cerita di kafe samping pesantren setelah Ashar. Salam cinta dariku, Lina."
Kakak terdiam sebentar, tidak lama kemudian dia berteriak sambil mendorongku dengan kencang hingga aku jatuh, "HAH! MANA MUNGKIN INI SURAT CINTA?!"
Kepalaku sakit akibat benturan tadi, "Aduh... Jangan sambil mendorongku dong! Sakit ini!" sambil mengusap-usap kepalaku.
"Hadeh, terpaksa deh. Aku yang tampan ini harus bercinta dengan wanita cantik," dengan gaya so keren, cakar kanannya menempel di belakang kepala kakak.
"TERPAKSA MATAMU!" teriakku.