Alka hanya perlu bertambah cantik. Begitu ucap Gita sewaktu Alka mengungkap kecemasannya. Ia pikir Wawa terlihat lebih cantik darinya, semenjak bulu-bulu itu melayang. Alka sampai meminta mamanya mengantar pulang karena pada hari itu (yang bertepatan dengan hari pertama Wawa sekolah) ia ingin membolos saja.
“Bagaimana caranya bertambah cantik?” Alka menghapus air matanya. Mereka tidak mau berhenti berjatuhan seperti musim hujan.
“Dengan menjadi baik.” Alka makin bingung.
“Kamu ingat Cinderella?” Memori Alka merekamnya dengan baik. Kisah Cinderella adalah favoritnya. Ia menyukai gaun biru dan rambut pirangnya. Tampak seperti putri kerajaan sekali.
“Menurut Alka, Cinderella cantik nggak?” Alka mengangguk.
“Cantik banget Ma. Aku mau cantik seperti Cinderella kalau besar nanti.” Ia berdengung menambahkannya.
“Cinderella kelihatan cantik bukan cuma karena wajahnya tapi juga karena kebaikannya. Cinderella selalu baik pada manusia. Pada hewan-hewan. Ia tak pernah balas dendam walaupun diperlakukan jahat.” Alka setengah mengerti.
“Jadi, kalau mau secantik Cinderella, harus baik seperti Cinderella?” Gita memanggut-manggutkan kepala. Matanya melebar meyakinkannya.
“Kalau gitu, mulai sekarang aku mau jadi anak baik.” Ia berpikir anak baik mesti rajin ke sekolah. Ia langsung pamit. Ia janji akan belajar dengan baik di sekolah. Gita memutar kemudi. Ia pulang dengan perasaan lapang, sesudah melepas bungsunya yang bilang mau ke sekolah.
___