Ratu Barzita belum mau mengalah. Ia kirim undangan lagi pada kelompok sirkus Zaezaezoziezas. Si lebah utusan kerajaan Tanah Madu menunggu sampai pertunjukan selesai. Lebah utusan kerajaan bertepuk tangan. Ia tetap anteng di kursi belakang. Binatang-binatang lain bubar, menuju pintu keluar, sendiri-sendiri. Lebah utusan turun, memperkenalkan diri pada salah satu kru. Si kru kelelawar tampak gugup. Ia antar lebah utusan menghadap kelompok sirkus yang tengah istirahat di balik panggung. Lebah utusan membacakan undangan. Isinya ialah mengharuskan sirkus Zaezaezoziezas mengadakan pertunjukan di ibu kota. Tamu-tamu yang bakal dihibur di antaranya, keluarga kerajaan, sanak saudara kerajaan, sekutu kerajaan, dan para bangsawan. Sirkus dipaksa bubar jika menolak tampil. Pengetatan aturan untuk para seniman sudah disahkan, jadi mereka tidak punya pilihan selain mematuhinya. “Selesai. Sebaiknya kalian jangan banyak tingkah dan tunjukkan saja penampilan luar biasa kalian di hadapan ratu Barzita.” Si lebah utusan pergi. Ia cuek meski kalimat terakhirnya dikatai si elang Ele ‘omong kosong’. Acara minum-minum yang biasanya diadakan selepas tampil, batal. Mereka melewatinya hari ini. Kita bahas ini besok malam, kata Baba. Mereka pulang. Berjalan ke kamar masing-masing. Mereka tertidur karena tubuh lelah mereka yang suruh. Kegelisahan mereka, terbawa ke alam mimpi. Bergulung-gulung menjelma demon bernama mimpi buruk.
Lebah utusan berlutut, melaporkan tugas mengumumkan undangan terlaksana dengan baik. Ratu Barzita memperbolehkannya pergi. Lebah utusan melangkah mundur, lalu berbalik pergi. Ratu Barzita tersenyum penuh keyakinan bahwa kali ini mereka takkan berani menolak titahnya.
___
Semenjak ratu termuda, Barzita dinobatkan, kaum bangsawan diuntungkan. Pajak mereka lebih rendah ketimbang rakyat jelata. Cuma sepuluh persen dari pendapatan, sedangkan rakyat jelata tiga puluh lima persen. Malahan ada bangsawan yang tidak membayar sama sekali hanya dengan menunjukkan dokumen persekutuan (dengan kerajaan) yang terbubuhi stampel kerajaan. Mereka yang menyimpan dokumen persekutuan biasanya yang punya urusan bisnis menguntungkan dengan ratu. Bisa juga punya perjanjian menguntungkan dengan ratu.
___
Ke ibu kota Tanah Madu tiga kali naik kereta. Kereta Gurun, kereta Segi Enam (hasil terjemahan Wawa sendiri), dan kereta Kuning Manis (mulai sekarang semua nama, Wawa terjemahkan sendiri karena sudah fasih alih bahasa: dari Zyungyung ke Indonesia). Kelompok sirkus Zaezaezoziezas turun di tempat pemberhentian terakhir, stasiun Bunga Merah. Mereka sudah ada yang jemput. Kereta-kereta kuda kerajaan berderet di depan stasiun. Satu kereta diisi empat atau tiga binatang-binatang kecil. Kereta lainnya diisi satu atau dua binatang-binatang besar. Wawa tergabung di kelompok binatang kecil. Ia sebangku dengan kelinci. Dua kura-kura di bangku depannya. Sewaktu kendaraan mulai meroda, dari luar tampak seperti parade kereta kuda. Debu beterbangan di ibu kota Tanah Madu tidak sebanyak Bolu-bolu. Rumah-rumah berjajar teratur. Bisa Wawa lihat, pasarnya lebih luas. Penjualnya lebih banyak. Penjual kain lebih dari satu. Penjual buah, satu, dua, tiga, empat, lima. Wawa selesai menghitung. Pohon-pohon rindang tak kalah banyaknya dengan jumlah pedagang.
Wawa membuka jendela kereta, ingin melihat pemandangan kota lebih nyata. Aroma roti menabrak hidungnya. Ia ngiler lalu mengusap sudut mulutnya. Perutnya bernyanyi minta diisi. Penjual roti ialah para anjing. Mereka mengenakan seragam serba putih. Ingin sekali ia turun, tetapi mustahil untuk sekarang. Rombongan sirkus kudu buru-buru sampai istana. Wawa tak mau jadi musabab ratu Barzita marah. Apartemen Hijau Bambu di sisi kanan. Binatang-binatang yang dulu tinggal di sana bernostalgia. Pemiliknya nenek-nenek panda. Sangat cerewet tapi perhatian. Suka berbagi makanan. Ia juga penonton setia sirkus Zaezaezoziezas. Sering sekali anak-anaknya, menantu-menantunya, cucu-cucunya, ia ajak menonton sirkus di akhir pekan. Dua puluh binatang betah tinggal di sana karena murah dan kadung sayang dengan pemiliknya. Lain waktu, dua puluh binatang membuat nenek panda sedih. Dua puluh kamar seketika kosong. Dua puluh binatang pamit. Mereka mau bermigrasi ke kota Bolu-bolu. Kota paling jauh dari ibu kota. Mereka tidak tahan dengan ratu. Terus menerus mengirim utusan guna menyampaikan undangan padahal sebelumnya sudah ditolak. Kelompok sirkus Zaezaezoziezas berhak menentukan siapa penonton mereka. Satu per satu dari mereka memeluk nenek, berharap nenek berhenti menangis. Sayangnya, air mata nenek-nenek selalu lebih deras ketimbang anak-anak muda. Dua puluh binatang sudah menempati kereta. Di rumah, mata dan pipi nenek panda masih basah. “Oh Cucu-cucuku Sayang,” ratapnya. Anehnya ia merasa lebih kesepian daripada saat ditinggal anak-anaknya merantau dan berumah tangga.