Hindun
Tanda-tanda I'rab Fi'il
Rafa', Nashab, Jazm, tidak Khafdh
"Mbak Hindun"
Seseorang memanggilku dengan berlari dari lantai bawah. Entah ada apa dia memanggilku sambil berlari gugup.
"Mbak kho tarik nafas, keluarkan. Pemanasan dulu haha. Iya mbak kho ada apa, kok sampai lari-lari kayak di kejar maling ajha".
"Niku-niku"
Mb kho nunjuk-nunjuk keluar dan jari telunjuknya menghadap ke ndalem, langsung ku tengok depan ndalem. Ternyata yang di teras ndalem Gus Ziyad kayak lagi menunggu seseorang.
"Jenengan di timbali Gus Ziyad mbak Hindun"
"Ha"
Aku berusaha melihat kebawah lagi, untuk memastikan apa benar dia menungguku. Benar dia menungguku dan melihat ke atas menghadapku. Apaan sih Hindun kenapa kamu ngerasain lagi di tunggu kedatanganmu oleh sang pangeran.
"Astaghfirullah"
"Kok Astghfirullah si mbak, ayo mbak di tunggu itu lho".
Sesampainya didepan ndalem aku mengucap salam. Dan Gus Ziyad menyuruhku masuk ke ruang Tamu. Dan ternyata di dalam ada Neng Izza yang sedang mewarnai gambar berbie.
"Eh Mbak Hindun"
"Dalem Neng, lagi mewarnai ya"
"Iya mbak"
Aku menengok ke kanan kiri tadi perasaan ada Gus Zjyad, kok sekarang udah tidak ada.
"Dek ini kepiting dari Ummik di suruh makan, bisa kan??
"Bisa".
Setelah mengasih makanan untuk adiknya Gus Ziyad ternyata memberitahuku bimbingan lomba Alfiyah sama Ustadz Syam. Ternyata di mulai besok pagi setelah pulang sekolah.
"Hai Kepiting, kamu sudah mati tah masih hidup? Kok masih ada matanya, kamu tak makan ya?"
Gus Ziyad dan aku langsung melihat Ke Neng Izza yang sedang berbicara dengan kepiting yang akan dimakannya. Gus Ziyad tertawa terbahak-bahak karena tingkah adiknya yang lucu.
"Dek kamu lucu bannget si ya sudah mati lah wong itu kepitingnya udah di masak".
"Gitu ya kak, Eh mbak Hindun mau kepitingku?"
"Di makan Neng Izza Ajha"
"Mbak Hindun cuma itu saja yang saya sampaikan"
"Iya Gus, saya pamit dulu"
Saat aku berdiri Ummik memanggilku.