Zaidun Wa Hindun

Aviskha izzatun Noilufar
Chapter #12

#12 Tanda I'rab Rafa' Keempat Nun

Tanda I'rab Rafa' keempat Nun

Hindun

Menjadi seorang yang istimewa belum tentu indah. Pasti ada sebuah pembicaraan yang luar biasa. Aku bukan seorang putri kiyai tapi aku hanya seorang manusia yang tidak punya keturunan dari kiyai atau Habaib. Keturunan dari keluargaku hanyalah seorang yang harus taat pada perintah Agama. Itulah yang sering di katakan Simbah "seng penteng taat, wong seng taat bakalan manfaat." Dawuh Simbah sering aku ingat dan ku amalkan dalam keseharian.

Besok pagi kita berangkat ke solo, tentunya harus ada banyak persiapan. Tentunya harus menginap dan bawa baju ganti. Malam ini kupersiakan dengan Mbak Ikha, Mbak Ikha yang akan menemani ku. Tidak mungkin aku perempuan sendirian akhirnya Abah Yai mengutus Mbak Ikha yang menemaniku. Tak lupa malam ini yang selalu ku Istiqomahkan dari Simbah dzikrullah dengan Tasbih Kaukah yang antik ini. Aku akan membawanya besok ke solo.

Pagi sekali sekitar pukul 06.00 aku, Mbak Ikha, Ustdaz Syam, Gus Ziyad, dan Kang Zaid kumpul di ndalem. Sebelum berangkat kita semua minta doa Abah Yai agar selamat sampai tujuan dan diberi kelancaran. Bagaimana pesan Abah pada kita? "Lomba di niati golek ngilmu lan kerono Allah ya."

Setelah kita keluar dari pintu ndalem Travel datang tepat waktu. Rencananya berhenti di Semarang di stasion Tawang, kemudian naik kereta sampai stasion Balapan solo.

Ketika sudah memasuki kereta aku dan Mbak Ikha beda gerbong dengan anak laki-laki karena pesan tiketnya beda. Kereta berjalan dengan cepat, ini pertama kalinya aku naik kereta. Andai aku bawa Hp, aku akan leluasa foto ini dan foto itu. Yang membawa Hp hanya Mbak Ikha dan Ustadz Syam kami bertiga tidak diizinin bawa Hp, kita ditugaskan untuk fokus mencari ilmu.

Pepohonan yang bergoyang, beberapa bukit kulewati secara cepat, dan Mbak Ikha yang tertidur pulas karena nikmat kecepatan kereta berjalan. Aku belum bisa tidur aku menyukai sebuah perjalanan. 

"Ndun, kamu gak tidur?"

Mbak Ikha yang tiba-tiba bangun bertanya padaku.

"Belum bisa tidur mbak, perjalanan ini tak akan terlupakan. Ini pertama kalinya aku naik kereta, andai aku bawa kamera pasti udah tak foto dari jendela kereta."

" Ini ada kamera hp ku, pinjem ajha." 

Alhamdulillah Mbak Ikha minjemin kameranya untukku. 

Setiap ada pemandangan yang indah, lucu, dan unik aku ambil gambar. 

Hayalanku semakin menjadi-jadi, hatiku sering berbicara ketika melihat ada sebuah ketenangan.

Andai aku menjadi kereta 

Aku akan mengalahkan kecepatan 

Yang mengalahkan ketenangan

Kecepatan 

Sebuah perencanaan

Yang butuh kekuatan

Yang butuh percobaan

Yang butuh kesetiaan

Lihat selengkapnya