Zaidun Wa Hindun

Aviskha izzatun Noilufar
Chapter #1

#2 Muqoddimah

Sekian pilihan sekolah untukku dari ayah dan ibuku yaitu tiga kota diantaranya Jepara, Kudus dan Kajen. Entah kenapa hati ini lebih memilih untuk sekolah di Kota Kudus SMAN 1 Kudus. hanya satu tahun ku lalui menuntut ilmu di kota kretek. Dengan mengemban amanah dari simbah aku rela melepas sekolahku di kota tersebut. Dan menjalani amanah simbah untuk menuntut ilmu di pesantren dan melanjutkan sekolah kembali. Ketenangan kota Jepara membuatku semakin bahagia dengan indahnya ukiran-ukiran asli kotanya.

Hari Rabu adalah hari terbaik keberangkatan bagi seorang yang menuntut ilmu, dimana hari rabu adalah diciptakannya Nur atau cahaya. Maka dari itu ayahku merencanakannya untuk berangkat hari rabu. Perjalanan telah sampai, keluargaku menurunkan semua barang yang telah dipersiapkan dari rumah. 

" Ndun pondok mu bagus kan?"

" Iya Buk"

Indahnya menara yang menjulang diatas dengan warna hijau warna kesukaan nabi Saw. tembok yang mengelilingi pondok pesantren dengan bunga yang tergantung beraneka macam bentuk bunga dan tanaman rempah-rempah. Melihat nama Tulisan Arab yang terpampang di gapuro pesantren " Al-Istiqomah" entah artinya apa aku tidak tau karena aku belum bisa bahasa Arab.

Kemudian kedua orang tuaku mengajak ke rumah Abah Yai atau di lingkup pesantren namanya ndalem abah yai. Sebelum mendaftar ke pondok adab yang baik dengan Sowan atau menitipkan putra-putrinya ke ndalem abah yai. Ayah, ibuku, dan aku akhirnya di persilahkan duduk diruang tamu ndalem, disana terpampang foto besar abah yai bersama keluarga, yang di bawahnya ada almari kitab-kitab yang tertata rapi.

Sambil menunggu abah yai, datanglah seorang khadimah ndalem abah yai mengantar minuman. Lima menit lagi abah yai Ali Murtadho sudah ada dan duduk di palungguhannya abah. 

Ayahku akhirnya berbicara langsung pada abah yai.

" Abah niki kulo ajeng nitipaken putri kulo ingkang asminipun Hindun Al-Adawiyah kersane ndereaken ngaos ten pesantren mriki"

" Njeh-njeh, dari kota mana asalnya?" Abah yai bertanya dari mana asal keluargaku

" dari Kudus bah."

" Subhanallah, orang kudus yang berkeinginan tholabul ilmi di Jepara." 

" Njeh bah niki amanah dari bapak saya, untuk memindahkan putri saya ke pesantren Al-Istiqomah".

" Sebelumnya sudah pernah di Pondokkan?" .

" Belum bah".

" Semoga krasan Nduk"

Ayah menyuruhku untuk bersalaman dengan abah yai sebelum pamit untuk mendaftar ke pondok putri, sungguh berdebar sekali ketika bersaliman dengan abah yai seketika ada suatu yang bertambah dariku. Setelah formulir pendaftaranku isi dan administrasi pondok telah selesai di urus oleh kedua orang tuaku, mbak pengurus mengantarkanku ke kamar yang akan menjadi tempat tidur di pesantren ini. Ayah dan ibuku menunggu di ruang tamu pondok putri dan akan segera meninggalkan aku. Berat sekali berpisah dengan kedua orang tua ku padahal aku telah dewasa.

Aku harus kuat, aku sudah menginjak dewasa aku harus bisa memegang amanah dari simbah. Di sebuah kamar mbak-mbak berkenalan padaku, ada yang mengatakan kamu mirip sama artis farah queen, ada yang bilang kamu mirip ustadzah ini, ada yang bilang kamu mirip adikku, dan ada juga yang bilang kamu mirip dengan kang pondok. Aku di mirip-miripin sama semua orang, emangnya wajah saya pasaran ya.

Kayaknya ayahku lupa belum daftarin aku sekolah. Ku memberanikan diri tanya pada sesepuh kamarku, mbak Ikha. 

"Mbak Ikha Sekolah di pondok sini yang sederajat dengan SMA namanya apa ya mbak aku kok lupa ya" sambil mringis-mringis soalnya aku lupa namanya apa.

"Namanya Madrsah Aliyah kalau di singkat MA"

Dengan tatapan aneh mbak Ikha melihatku, mungkin dia berprasangka kepadaku kok ada ya zaman sekarang tidak tau artinya MA. 

Setelah dua hari dari pendaftaran sekolah aku sudah mulai hidup mandiri. Orang pertama yang kenal di pondok putri adalah mbak Ikha dia ini ketua pondok, dia menjadi orang terdekatku. Kami berdua seperti sahabat lama padahal baru dua hari. Mbak Ikha ini yang mengenalkan aku tentang kata santri, ngantri, dan abdi kiyai.

Kegiatan pondok telah menyibukkan semua santri Al-Istiqomah diantaranya Hafalan. Hafalan pemula bagi santri baru adalah kitab nahwu Jurumiyah.

Ku ambil posisi untuk bisa menyamankan hafalan tanpa terganggu bising teman-temanku. Kucari dari sudut-sudut ke sudut semuanya ada orang. Hanya tangga pondok yang sepi sehingga ku mulai hafalan pertamaku di tangga ini.

" Al-kalamu huwallafdzul murokkabul mu mu mu, mu apa ya?? Mufidu bil bil bil bil wadh'i, duh kok gak masuk-masuk si hafalanku, duh kok gak masuk-masuk hafalanku tinggal nanti sore di setorkan". Dengan membolak-balikkan kitabku.

Tiba-tiba ada bayangan yang memantauku ternyata mbak ikha.

Lihat selengkapnya