Zaidun Wa Hindun

Aviskha izzatun Noilufar
Chapter #3

#3 KALAM

KALAM

"Wahai langit yang biru, sungguh mempesona dirimu dan ingin ku melaju menujumu keatas agar aku bisa melihat bumi yang bulat ini. Sehingga bisa keliling ke semua penjuru bumi". Berbicara dengan langit yang biru menghadap keatas, sehingga seseorang yang ada di sampingku keheranan. Tapi aku ini orangnya tak terlalu peduli dengan perkataan orang lain. Biarlah dia yang menilaiku seperti ini dan seperti itu.

Berada di taman pesantren Al-Istiqomah ini rasanya nyaman, ingin mengungkapkan curahan hati yang sedang resah karena ingin pulang karena rindu kampung halaman yang sudah ku tinggalkan 1 Bulan ini. Hanya saat langit biru itu muncul aku mulai berbicara kepadanya karena silangit biru itu udah kangen curhatanku.

Datanglah seorang tuan putri dari pintu cokelat ndalem yaitu Neng Izzah kecil yang berumur lima tahun, adiknya Gus Ziyad. Dia berlari menuju taman dan ternyata sedang mengejar kupu-kupu yang indah. Kupu-kupu tersebut tiba-tiba mendarat di pundak tangan kananku.

"Mbak aku mau nangkap kupu itu" 

"Kupu ini neng?"

Dengan menjongkok ku arahkan tangan ke arah neng Izzah.

"Mbak kupu ini cantikkan? Kayak aku" 

"Iya kayak neng Izzah yang comel"

"Kalau kakak seperti kupu itu gak neng?"

"Iya mirip rambut kakak"

Aku menahan senyum karena kata-kata neng Izzah, yang mana kupu-kupu mirip dengan rambutku. Padahal aku dalam keadaan berjilbab, emang anak kecil itu bikin bahagia orang dengan kata-kata yang belum dia tahu.

Ketika neng Izzah kembali, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil neng Izzah.

"Dek Izzah, sini ikut aku" ternyata panggilan tersebut dari kang zaid yang sedang memarkirkan motor pespanya yang unik.

"Kang Zaid aku mau ngaji, tapi yang ngajarin kang Zaid ya?" Tak tersadarkan dia melihatku di taman ini.

"Dek Izzah itu ada mbak-mbak, ngaji sama mbak itu dulu ya. Kang Zaid nembe di panggil abah." Posisi dia jongkok sepertinya dia melihatku disini dan lagi membicarakanku.

"Aku belum kenal mbak itu kok". Kang Zaid menuju ke arahku Dengan menggendong Neng Izzah, kok rasa ini deg-deg kan ya padahal aku dulu terbiasa dengan sosok laki-laki. Hati ini terasa ada tarikan untuk mengetahui Kang Zaid.

Lihat selengkapnya