Hindun
Fi'il
Fi'il merupakan perbuatan, dengan perbuatan yang menjadi sarana pencapaian ridha Allah dan wushul pada kehadiran suci.
Taman keajaiban untuk menyatukan jiwa menyatukannya dengan samudra ilmu. Titik temu akan menjadi pengalaman luar biasa untuk di kenang. Pukul 06.00 seksi kebersihan pondok membunyikan speaker untuk memanggil santri-santri yang piket. Semua santri beraktivitas termasuk yang piket. Ada yang piket halaman, kamar mandi, piket ndalem, dan lain-lain. Termasuk aku, kali ini aku mendapatkan piket ndalem. Membersihkan dari ruang tamu yang beraneka macam benda meja berkaca yang di bersihkan dengan Lap Kanebo sampai kinclong. Menata Kitab-kitab abah yai dan kitab gus Ziyad sampai rapi, dan membersihkan yang berjenis kayu-kayu membuang debu-debunya dengan kain yang basah agar bersih.
Lalu seperti biasa setelah kegiatan pagi telah terlaksana waktunya pergi ke sekolah dengan bergaya memakai baju serapi mungkin agar nyaman belajar di sekolah. Biasanya aku berangkat dengan mbak Ikha kakak kelasku yang akan lulus tahun ini, dia yang mengajarkanku mengebut hafalan hingga aku bisa sampai target nanti kelas XII Alfiyahku khatam. Aku gak yakin kalau aku bisa mengkhatamkan 1002 bait sedangkan aku kelas X tidak sekolah disini, otomatis aku ketinggalan banyak materi. Tapi faktor ketinggalan tidak sebuah solusi i untuk tidak mau belajar, dengan adanya mbak ikha aku bisa belajar dengannya. Mengebut seperti pembalap Valentina Rossi yang sedang berlomba. Sudah ada 3 bulan disini Alhamdulillah hafalanku sudah 300 bait.
Anak baru pasti masih ada rasa canggung pada teman, termasuk aku. Pengetahuan tentang Matematika, Ipa , dan pokoknya yang umum rasanya dalam diriku mapel tersebut adalah kelemahan bagiku. Walaupun diri ini kurang menguasai tetapi tetap ada kemauan ingin menguasai. Aku ingat Kata simbahku jika ingin menguasai suatu ilmu kamu harus ingat kutipan ungkapan Imam Syafi'i "Waktu adalah pedang, bilan kamu tidak bisa menggunakannya (dengan baik) untuk memotong maka ia akan memotong dirimu."
"Hindun"
Seseorang memanggilku ketika langkahku hendak masuk kelas, dan ku berhenti aku melihat ke belakang ternyata Ustadz Syam.
"Iya utadz"
Ustadz Syam menuju ke pintu dan sepertinya ada yang ingin di bicarakan.
" Nanti setelah sekolah harap ke kantor ustadz, ada beberapa hal yang ingin ustadz bicarakan".
Rasanya seneng banget ketika Ustadz Syam menyuruhku ke ruangannya. Ustadz syam ini Ustadz yang masih jomblo dan di kabarkan lagi ngincar mbak santri yaitu mbak Ikaha. Wah itu sangat cocok ini menjadi pendamping ustadz syam. Pokoknya yang terbaik untuk mbak ikha, perempuan multitalent, Cerdas, dan Bijak.
Setelah KBM sekolah selesai, akupun langsung menuju ruangan ustadz Syam. Ketika aku berjalan tiba-tiba dari arah depanku ada dua laki-laki yang menuju kantor dan ternyata itu Gus Ziyad dan kang Zaid. Mereka sama halnya denganku menuju ke kantor, sayangnya Gus Ziyad dan Kang Zaid yang lebih dulu. Sebelum diriku masuk aku berniat berhenti untuk mengamati mereka di jendela apa tujuan mereka ke kantor?.
Ketika aku melihat dari jendela Gus Ziyad sedang berhadapan dengan Ustadz Syam, tapi kemana perginya Kang Zaid kok tiba-tiba hilang.
Ketika ada panggilan mbak, diriku langsung menengok kebelakang. Langsung ku memandangnya dengan rasa malu.
"Mbak ngapain disini?" Dengan mata yaang jernih mampu menyejukkan rasa ini lagi-lagi dia berada di dekatku.
"Ouh iya, ini saya mau ke ruangannya ustadz syam" lagakku gak karuan kepingin langsung pergi dari tempat ini.
"Mbak yang namanya Hindun kan?"
"Njeh, kulo hindun" dengan tundukan agar aku tak bertatapan langsung dengan matanya
"Sampean di tunggu ustadz syam di ruangan beliau" dia menunjukkan jarinya ke tempat ruangan ustadz syam dimana ruangan tersebut masih ada gus Ziyad.
"Iya nanti kang, saya menunggu gus Ziyad keluar ruangan"
"Tapi sampean di suruh kesana sekarang, ini urusan kita".
Nada tinggi kang ini semakin menjadi-jadi apalagi dengan kata kita. Emangnya ada apa hubungannya aku, ustadz Syam, Gus Ziyad, dan kang Zaid.
"Ouh njhe kang kalau ini amanah dari ustadz Syam".
"Ayo cepat, sudah di tunggu".
Dengan kursi yang Barakah, kursinya para ustadz-ustadzah aku duduk diantara 3 laki-laki yang masih jomblo. Dan tak akan jadi fitnah karena banyak para ustadz yang sedang di meja masing-masing. Ku tundukkan pandanganku entah apa yang terjadi pada mata mereka apa melihatku apa gimana yang penting aku tidak memandang dengan perasaan.
"Gus Ziyad, kang Zaid, dan mbak hindun, dengan tujuan saya ingin lembaga formal kita mengikuti musabaqoh hafalan Alfiyah Ibnu malik. Berhubung saya guru pengampunya jadi kalian adalah urusan saya dan akan saya gladi sampai bisa".
Semua terdiam baik itu Gus Ziyad, kang Zaid, dan apalagi aku yang belum mengerti apa-apa tentang nahwu tau-tau di tunjuk untuk mengikuti musabaqoh hafalan Alfiyah.