“Halo Man, kamu di mana? Sudah sampai?”
Laki-laki berkacamata itu menoleh-noleh di balik kerumunan. Ramai sekali. Sepertinya akan sulit menemukan Manda di tempat seramai ini. Kiri, kanan, depan, belakang, tetap saja tidak ia temukan. Hampir saja ia putus asa. Tapi untungnya, ia menemukan juga sosok gadis berkebaya hitam itu. Ya, tidak salah lagi, itu pasti Manda!
“Mandaa…!” teriaknya. Ternyata suaranya tidak sampai di telinga gadis itu. Ia percepat lagi langkahnya. Kini, laki-laki itu sudah sangat dekat di belakang gadisnya.
“Manda,” akhirnya ia sampai juga. Langsung saja ia tarik lengan kanan gadis itu. Tatapan mereka beradu. Tiba-tiba saja, suasana hening menyerbu.
Mereka terdiam.
Tidak lama, sebuah suara terdengar. “Maaf?” gadis itu memulai.
Mata laki-laki itu tetap tak berkedip. Kaku. Hingga mulutnya hampir ternganga pun ia tak tahu.
“Maaf, ada apa ya?” gadis itu bertanya sekali lagi.
Tetap tak ada ucapan. Hanya semilir angin saja yang menjadi jawaban.
Dilambai-lambaikannya tangan gadis itu di depan wajah. Percuma, masih belum ada respon yang diterimanya. Lelah tak ada gubrisan, akhirnya gadis itu pergi juga.
“Eh, tunggu!” dasar, laki-laki itu malah sadar. “Kamu bukan Manda?” tanyanya, membuat gadis itu berbalik lagi. Ada titik terang sepertinya.
“Kamu Sandi?”
Laki-laki itu terkejut.
Dia? Tahu dari mana dia namaku? Batinnya, benar-benar tidak percaya kalau gadis itu tahu namanya.
Sebenarnya, siapa dia? Kenapa ia memakai baju yang sama seperti Manda? Pikirannya terus mendera.