Zatria Forbidden Experiment Project

Reikarna Arima
Chapter #1

Pengalaman baru

Pantulan sinar bulan yang terang terlihat dalam genangan air bekas hujan yang baru saja reda, awan hitam seakan berkumpul untuk menghalangi beberapa bagian bulan dengan warna pekatnya.

Menciptakan sebuah fenomena sesudah hujan yang indah untuk dilihat sesekali, walaupun itu terlihat sangat indah untuk beberapa alasan. Namun, keindahan itu kalah dengan rasa ketidakpuasan yang berada dalam setiap hati manusia.

Mereka berjalan tertunduk di atas trotoar, beberapa dari mereka bahkan melihat gawainya saat sedang berjalan, seperti menantang kecelakaan untuk menimpa dirinya.

Kendaraan lalu-lalang di jalan raya, beberapa diantaranya merupakan transportasi umum yang digunakan banyak orang. Dimana mesin bergerak itu baru saja berhenti di depan sebuah halte besar, dengan jembatan penyebrangan di atasnya.

Pintu terbuka, orang-orang keluar.

Lalu, orang yang sudah menunggu masuk ke dalam.

Pintu tertutup setelah penumpang terakhir turun dengan membawa barang bawaan banyak seakan dunia akan berakhir.

Wajahnya mengadah ke atas melihat betapa luasnya tempat yang baru saja ditapakinya, karena sebelumnya belum pernah berkunjung ke tempat seperti ini.

“Benar juga!” ujarnya.

Ia melepas genggaman tangannya dari koper yang dibawa, merogoh ke dalam saku celana, dan mengambil secarik kertas.

Di kertas itu tertulis sebuah alamat yang harus ia tuju ketika sampai di kota ini.

Karena ada sedikit pesan tambahan yang mengharuskannya untuk pergi tanpa harus berjalan-jalan, pria itu segera melangkahkan kakinya setelah menggaet kembali koper miliknya.

Di sebuah asrama yang menampung murid-murid akademi, Beberapa orang terlihat mondar-mandir di gerbangnya.

Pakaian seragam rapi dengan sebuah cape pendek untuk wanita, dan seragam pria yang tidak memakai tambahan jubah belakang.

Keduanya tampak menunggu seseorang yang seharusnya sudah memasuki area asrama. Namun, karena suatu alasan orang itu belum sampai asrama, karena hal itu juga keduanya harus lembur.

“Haaah—hanya karena satu orang kita harus menjadi seperti ini!” tutur seorang laki-laki.

“Anggap saja seperti liburan, lihat kita tidak mengerjakan pekerjaan lain bukan?"

Teman wanitanya membalas untuk meredam rasa kecewa.

“Kau mungkin ada benarnya!"

Jam menunjukkan hampir pukul 21 malam, hanya saja orang yang mereka tunggu belum sampai.

Lebih dari 12 jam mereka menunggu di sana, dimulai sejak jam 7 pagi untuk mengarahkan murid-murid baru dari akademi.

“Hey! Apa tidak masalah kalau kurang satu?"

“Jangan bercanda seperti itu, yaa… mungkin tunggu sebentar lagi!"

Laki-laki yang sudah tidak sabaran itu menghela nafasnya, dan berjalan loyo dengan tubuh membungkuk dan kedua tangannya seakan tergantung.

Langkah kakinya membuatnya sampai pada tempat perbatasan antara area asrama dengan area hutan.

Di depannya area hutan luas yang memisahkan antara asrama dengan akademi.

Gelapnya malam membuat hutan menjadi semakin mengerikan seakan menatap balik ke arah orang yang menatapnya.

“Huhuhu—kenapa tempat ini tetap menyeramkan seperti biasa!"

Tubuhnya seakan merinding saat mengatakan itu, sambil menggosok kedua telapak tangannya.

Alasannya melakukan tidak lain karena bosan menunggu untuk waktu yang lama, juga karena tidak bisa mengakses gawai selama melakukan tugas ini.

Jadi ia kembali untuk berkumpul bersama rekan tugasnya.

“Baiklah mungkin sudah saatnya untuk mengakhiri ini! Mari kita berpikir positif saja, mungkin dia tidak datang hari ini!"

Lihat selengkapnya