*Drrrrrrrt*
*Drrrrrrrt*
“Ngh—”
Matanya terbuka sedikit, sembari tangannya mencoba meraih benda yang bergetar dari tadi. Tombol lonjong yang terdapat di benda mirip music box itu ditekan dengan pelan, menghentikan getaran yang membangunkannya.
Pada benda itu terdapat jam digital yang menunjukkan pukul 6:14, itu berarti ia telat empat belas menit dari alarm yang dipasangkan.
Sadar telat bangun untuk hari pertamanya, ia tidak panik dan tetap tenang.
“Untuk hari pertama ini mungkin sudah mulai bagus! Selain itu, bagaimana dengan dia?”
Untuk memeriksa teman sekamarnya yang baru saja datang tadi malam, ia menoleh ke arah kirinya. Di sana ranjang sudah dalam keadaan rapi, dan tidak ada orang di sana.
“Ke mana dia pergi?” gumamnya
Seakan memproses kejadian yang mungkin terjadi pada teman barunya, laki-laki itu terkejut dengan suara pintu yang terbuka dengan keras.
*BRAAK*
Sosok laki-laki yang bercucuran dengan keringat muncul di sana, nafasnya yang terengah-engah.
“AAAAAA—Ternyata kau!”
“Sudah bangun rupanya!”
Sosok Riyan berjalan pelan masuk ke dalam menuju teritorinya, “Habis dari mana?”, “Hanya lari sebentar! Lalu, karena tersesat dan tidak tahu arah jalan pulang, dan sampai di kota sebelah!” ungkap Riyan.
“Kota sebelah?”
“Benar! Kalau tidak salah, namanya kota Viltres!”
“TUNGGU DULU! Kau berangkat jam berapa?”
Dari sana Fritzi meninggikan nada bicaranya, seakan ia tidak percaya terhadap apa yang terjadi.
“Sekitar jam 4:30! Tidak usah dipikirkan, yang terpenting aku kembali sebelum waktu masuknya di mulai!”
“Bukan itu masalahnya! Lalu, bagaimana caramu melewati gerbang itu?”
“Itu mudah! Tinggal lompat saja!”
“Ck… sudahlah! Pergilah ke toilet dulu! Kau terlihat berantakan!”
Karena tidak perlu izin terlebih dahulu untuk menggunakan toilet, Riyan beranjak ke sana setelah membawa handuk yang menggantung dekat dengan ranjang miliknya.
….
Tepat jam 7 semuanya sudah siap, hari pertama di akademi dengan seragam baru. Warna putih bajunya, dengan celana panjang berwarna ungu, dan bagian bajunya yang tidak perlu dirapikan dengan memasukkan ke dalam celana.
“Kupikir setiap siswa bisa memakai sarung tangan!” ujar Riyan
“Dari mana kau mendengarnya?”
“Kulihat tadi malam di gerbang, dua orang yang mendataku salah satunya menggunakan sarung tangan!”
“Begitu?”
“Begitulah situasinya saat itu!”
“Mungkin dia seorang bangsawan! Fyi hanya seorang bangsawan saja yang diperbolehkan untuk menggunakannya!”
“Kenapa harus begitu?”
“Entah! Mungkin orang yang membuat peraturan itu seorang yang rasis!”
“Cukup masuk akal!”