Zea hanya ingin menjalani hari-hari sekolah dengan tenang. Masuk kelas. Duduk mencatat secukupnya, lalu pulang. Menghindari obrolan basa-basi yang menguras energi.
Dan jika Kirana tidak ikut campur, mungkin semua tetap berjalan seperti itu.
Hari-harinya selalu berjalan datar. Bangun pagi, sekolah, mendengarkan guru yang menjelaskan tanpa minat, lalu pulang dengan kepala penuh suara. Zea tidak pernah merasa perlu menjadi lebih dari itu. Ia hanya ingin melewati masa SMAnya dengan cepat.
Tapi dunia punya caranya sendiri untuk mengacaukan rencana paling sederhana.