Senin pagi setelah libur semester, SMA Cendana. Seperti biasa, siswa telah berbaris di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera di bawah sinar matahari yang sangat terik-terkecuali Zea yang baru saja datang setelah upacara berlangsung. Zea berlari menuju kelasnya. Untung saja, satpam tidak berada di sana. Zea membuka pintu kelasnya dengan hati-hati, lalu menutupnya kembali, takut ada guru yang menggagalkan rencananya untuk tidak ikut upacara. Zea berjalan menuju mejanya, menarik kursi, lalu duduk sambil menyimpan kepalanya di atas lipatan tangannya.
Zea Nayara, akrab disapa Zea adalah siswi kelas XI Bahasa 1. Zea dikenal tidak mempedulikan sekitarnya, sekelasnya pun tidak ada yang dekat dengannya. Zea punya satu sahabat, yaitu Kirana Adelline akrab disapa Kirana. Zea dan Kirana berada di kelas yang berbeda-Kirana di kelas XI IPA 2.
Zea baru saja ingin tidur, tiba-tiba terdengar suara berisik dari siswa-siswi yang baru saja selesai upacara. Pintu terbuka menampilkan sang ketua kelas yang masuk membawa absen. Zea sudah membaca isi absen, sudah pasti namanya di alfa sebab tidak ikut upacara. Baru saja ingin beristirahat, Ibu Ranna, guru Bahasa Indonesia yang mengajar jam pertama, sudah datang. Ibu Ranna menyuruh siswa-siswi mencatat materi, lalu dijelaskan.
Dua mata pelajaran berlalu, sekarang waktunya siswa beristirahat. Lonceng telah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Zea berjalan keluar menuju kelas Kirana yang lumayan jauh. Ini kali pertamanya Zea menghampiri Kirana. Biasanya Kirana yang ke kelasnya atau mereka janjian ketemu di kantin.
Di lapangan, anak basket sedang geladi persiapan lomba minggu depan. Banyak siswa-siswi yang menghabiskan waktu istirahat dengan menonton basket-terlebih yang memiliki crush di sana, termasuk Kirana. Zea akhirnya menuju lapangan setelah mencari Kirana di kelasnya. Untung saja, Zea berhasil menemukan Kirana yang berada di sekumpulan siswa-siswi.
"Ze, di antara mereka lo pilih siapa?" tanya Kirana, menunjuk siswa yang sedang bermain basket.
"Gue pilih siomay, bakso, cimol, batagor."
"Kok nama makanan? Di antara mereka, lo, Ze," ulang Kirana geram.
"Yakan gue mau ke kantin, malah diajak ke sini."
"Nanti aja, kantin gak bakalan lari."
"Makanan di kantin bisa habis, Ki. Kalau mereka, gak bakal habis."
"Emang lo gak mau lihat Raden main? Katanya crush," sindir Kirana.
"Gue lapar. Gue gak bakalan kenyang cuma ngeliat Raden main. Lihat, tuh, pawangnya kek gak berkedip."