Zeeya and Her Diary Book

Zal zal
Chapter #1

Bab 1 | Buku Harian

Dear, diary...

Hola! This is actually my first time writing a diary. So, let me introduce myself, namaku Adila Zeeya Vierhalt biasa dipanggil Zeeya. Oh ya, aku punya saudara kembar laki-laki bernama Adika Reega Vierhalt yang biasa dipanggil Reega. Dia lahir lebih dulu daripada aku.

Selama di Tokyo, aku menemukan buku harian ini di toko stasionery terkenal. Karena sangat lucu, jadi aku meminta papaku untuk membelikan satu untukku. Lumayan, buku harian ini bisa jadi wadah curhat mulai dari hari ini sampai nanti tua. He he he

Kalian tahu kenapa aku ke Tokyo? Aku baru saja diundang untuk mengikuti kompetisi matematika tingkat asia. Awalnya aku tidak menyangka bisa ikut kompetisi bergengsi itu, tapi pada akhirnya aku bisa membawa pulang medali emas. Iya, medali emas!

Eh, sudah larut malam, nih. Besok aku harus pergi ke sekolah bersama kembaranku. Tahun ini aku duduk di bangku SMA kelas 10. Have a sweet dream!

-Adila Zeeya Vierhalt-

...

“Ree, are you not ready, yet? Kok, kamu belum bangun, sih. Aku sudah mau berangkat, loh” aku berteriak membangunkan Reega menggantikan ayam jantan berkokok.

Reega dengan malasnya melirik jam weker yang menunjukkan angka 05.34 WIB. “Duh, Zeeya. Bel masuk sekolah jam tujuh, ngapain kamu otw sekarang? Mau membantu tukang renovasi sekolah?” ujarnya sambil menutupi kepala dengan bantal.

“ya, kan enak berangkat di pagi hari, udaranya masih segar. Yaudah deh, aku berangkat dulu. See ya, Ree!”

Sekolahku dan Reega merupakan sekolah swasta yang kurang terkenal di kota ini. Bahkan, bangunannya baru setengah jadi dan masih dalam tahap renovasi. Alasanku bersekolah di sana, tentu saja karena papa yang mendaftarkan kami secara sepihak tanpa bertanya dulu padaku ataupun Reega.

Aniway, jantung hatiku kini sedang berbunga-bunga. Alasannya Kairo, teman masa kecil sekaligus calon pacarku mengajak untuk dating sore hari nanti. Aku nggak sabar banget, nih. Hah? Kenapa aku menyebutnya calon pacar? Ya, karena aku belum ditembak sama dia, lah. Jadi, semoga nanti dia nembak aku supaya aku tidak digantung terus olehnya.

“morning, Zee!” sapa Hana, teman sekelasku yang baru datang.

“morning!” balasku sambil membaca ulang soal latihan matematika.

“lo emang rajin banget, sih! Berangkat pagi buta terus langsung mantengin buku soal.”

“ya, kan pagi hari suasananya masih sepi, belum ada yang guru yang datang sekaligus aku menghindari razia atribut di gerbang tadi. Ha ha”

“huh, sekolah kita bangunannya aja masih belum jadi, tapi peraturannya seketat tes CPNS,” gerutu Hana.

“by the way, si Nisa belum datang ya? Padahal aku mau minta daftar tugas yang ketinggalan,” ucapku cemas.

“entah,” Hana mengangkat kedua pundaknya.

Lihat selengkapnya