Zeeya and Her Diary Book

Zal zal
Chapter #4

Bab 4 | Dimana Kairo?

“mbak mau cari siapa?” tanya anak kecil di depan panti asuhan tempat Kairo tinggal.


“cari Kak Kairo.” Jawabku.


“oh, bentar ya. Aku panggilin dulu.”


Anak itu masuk kedalam bangunan sederhana itu, sementara aku menunggu di luar. Panti asuhan ini tidak pernah berubah sejak pertama kali aku mengunjunginya bersama Reega. Kami berdua selalu bermain bersama Kairo juga anak-anak lainnya dulu. Tiba-tiba kenangan itu teringat lagi olehku.


“Kairo sudah tidak tinggal di sini lagi ...” Seseorang keluar dari balik pintu. Bu Asti, pemilik sekaligus pengurus panti asuhan yang kukenal itu “... lagian panti asuhan ini kekurangan dana, jadi saya ijinin dia pindah.”


“lalu sekarang dia tinggal dimana ya, bu?” tanyaku.


“ya mana saya tahu. Dia cuma bilang dapat beasiswa yang lebih besar. Palingan ya, udah nggak betah tinggal di sini. Coba kamu tanyakan ke teman sekolahnya.”


“oh, begitu ya ...” aku merasa kecewa “apa ibu punya nomor HP Kairo yang baru? Sepertinya nomornya yang lama sudah tidak aktif. Biar nanti saya hubungi dia sendiri.”


“Nggak ada! Udah kamu pulang aja sana!” jawab Bu Asti sambil membanting pintu.


...


Dear, diary


Sewaktu aku pergi panti asuhan tempat tinggal Kairo, Bu Asti seakan mengusirku dari sana. Aku tidak tahu kenapa beliau tampak marah, kuingat dulu beliau adalah orang yang ramah dan baik kepada siapa saja.


Aku makin bingung mau menanyakan keberadaan Kairo ke siapa lagi, sedangkan aku tidak kenal dengan teman-teman Kairo di sekolahnya. Kenapa dia pergi tanpa bilang mau kemana, sih. Kan aku jadi kerepotan mencari dia.


Kairo, aku jadi khawatir kalau kejadian itu terulang kembali. Aku takut kamu kenapa-napa. Saat ini aku hanya ingin tahu bagaimana keadaanmu.


-Adila Zeeya Vierhalt-



Aku menutup buku harian yang baru saja kutulis dan merebahkan diriku ke atas kasur. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kairo sudah tidak tinggal di panti asuhan itu.


Tok tok tok


Ketukan pintu kamar membuyarkan lamunanku.


“siapa...?” aku bergegas membukanya dan seketika terkejut, “oh, papa!”


Aku memeluk seorang pria yang kupanggil papa itu. Kukira dia sedang berada di luar negeri sekarang.


“hai, honey. Papa pulang.” Papa memelukku sambil melepas rindunya.


Beruntung sekali papa pulang lebih cepat karena ada yang mau aku minta. Papa mengajakku untuk makan malam karena kita sudahlama sekali tidak makan bersama sekeluarga. Setelah pindah ke rumah ini, kami jadi sibuk masing-masing, papa dengan pekerjaannya di luar negeri sementara aku dan Reega sibuk dengan agenda sekolah.


“ayo, makan” kata papa saat makanannya baru saja terhidang.


“tapi Reega belum turun. Aku panggil dia dulu,” aku beranjak dari kursi.


“nggak usah,” papa mencegahku, “... Reega bilang ke papa kalau lagi nggak enak badan. Biarkan dia istirahat sekarang, biar nanti makannya papa yang antar ke kamarnya.”


“eh, padahal dia nggak kelihatan sakit tadi di sekolah.” Aku kembali duduk di kursiku.


Lihat selengkapnya