Zeeya and Her Diary Book

Zal zal
Chapter #10

Bab 10 | Kilas Balik Reega (1)

“ayo cepat, Ree! Kalau pulang terlambat, kita bisa dimarahi mama.” Zeeya berlari disusul Reega di belakangnya.

Kedua anak kembar yang masih duduk di bangku kelas tiga SD itu baru saja pulang dari bermain. Langkah mereka terhenti di depan pagar rumah ketika mendapati banyak orang yang berdatangan ke rumah mereka. Merasa janggal, kenapa mendadak rumah ramai begini?

“Ree, kok banyak orang datang ke rumah kita?”

“hah... nggak tahu!” Reega mengatur napasnya sehabis berlari.

“masuk saja, yuk!” Zeeya dan Reega yang masih keheranan memberanikan diri untuk masuk.

Seisi rumah dipenuhi orang-orang tampak familiar, beberapa dari mereka merupakan tetangga sekitar. Terlihat perempuan paruh baya yang duduk menangis sambil ditenangkan oleh perempuan lainnya. Zeeya dan Reega masih belum mengerti situasi di rumah mereka.

“anak-anak, kalian yang sabar, ya...” seseorang memeluk erat si kembar dengan raut wajah sedih dan mata yang berkaca-kaca, lalu dia melepaskan pelukannya, menghampiri perempuan paruh baya itu, “...nek, saya pamit ya. Kalau ada apa-apa hubungi saya saja.”

Perempuan paruh baya itu mengangguk sambil mengusap air matanya yang berjatuhan.

Reega mengamati setiap sudut rumah, “nek, ada apa ini? Kok rumah jadi ramai begini. Banyak orang yang menangis pula.” Dia bertanya dengan polosnya pada perempuan paruh baya itu yang tak lain adalah nenek si kembar.

Nenek tak kuasa menatap kedua cucu kembarnya itu. Air matanya semakin deras. Dia menatap lama mata cucu kesayangannya.

“mama Zeeya dan Reega... meninggal dunia...” ucap nenek sesenggukan.

“sudah, nek yang sabar, ya...” perempuan di sebelah nenek mengusap lembut lengan nenek, berusaha menenangkan.

“mama?!” Reega berteriak membuat pandangan semua orang tertuju padanya, “mama kenapa?!”

Anak yang duduk di bangku kelas tiga SD itu menjerit tak henti. Menangis sambil memukuli lantai rumah yang tak bersalah. Sementara Zeeya, dia hanya diam membeku, tak sadar air matanya ikut jatuh menatap saudara kembarnya yang meraung-raung mencari mama mereka. Reega berusaha ditenangkan oleh banyak orang.

“Ree, apa benar mama sudah tidak ada?” tanya Zeeya, berbaring di atas kasur.

Malam harinya mereka tidur di kamar berdua. Suasana rumah masih ramai, tapi tak seramai tadi siang. Masih terdengar beberapa orang bercakap-cakap di luar kamar mereka.

...

“Ree, kamu sudah tidur?” Zeeya melihat anak laki-laki yang tidur telentang itu, matanya masih belum tertutup.

Zeeya membalikkan tubuhnya memunggungi Reega. Susah sekali bagi mereka berdua untuk tidur malam ini. Ditambah suasana di luar kamar mereka masih ramai.

“...kasihan sekali, anak-anaknya masih kecil.” Terdengar seseorang berbicara dari luar kamar.

Lihat selengkapnya