"Kiara kalau kerja yang bener dong! Jangan bodoh-bodoh ya jadi orang! Mau kupotong gaji kau?" Teriakan seorang wanita paruh baya dengan aksen bataknya tengah menyeruak di dalam ruangan.
Sang pemilik nama hanya mampu mengucap kalimat maaf berulang kali dan berusaha untuk mengabaikan tawa rekan kerjanya yang tengah terbahak.
Setiap minggu keteledorannya selalu berhasil membuat Kiara semakin di cap sebagai karyawan uncapable yang takkan pernah mendapat promosi di mata atasan dan rekan kerjanya.
Jujur saja, pekerjaannya sebagai staf HRD memerlukan ketelitian, daya ingat dan komunikasi yang bagus. Namun selain komunikasi yang bagus, dua hal lainnya merupakan kelemahan Kiara.
Dan dalam lingkungan kerjanya, jika kau melakukan kesalahan lebih dari tiga kali, kau akan dianggap sebagai manusia bodoh. Itulah cap yang setia menempel pada jidat Kiara.
"Dalam masalah cari jodoh saja kau punya standar tinggi, tapi dalam pekerjaan begini masa kau tak bisa!?" Lagi. Atasannya itu takkan berhenti sebelum melihat Kiara tertunduk lesu. Padahal Kiara hanya bercanda saat menyebutkan tipe lelaki idealnya adalah lelaki yang nyaris sempurna kepada sang atasan. Ujungnya, atasannya selalu menjadikan kelemahan dan kesalahan ucap yang Kiara pernah sampaikan sebagai senjata untuk memperoloknya.
Ya, selain di cap sebagai wanita cantik tak berotak, pemilik memori otak jangka pendek, tak kompeten, jomblo abadi, perawan tua tak tahu diri yang standarnya terlalu tinggi, itu adalah beberapa julukan Kiara yang di dapatnya di kantor.
Dan tentu saja Kiara tak dapat marah dengan segala candaan yang menyakiti hatinya. 'Godain Kiara aja, enak ga gampang marah'. Persetan! Kiara hanya terlanjur menampilkan sosok cerianya kepada mereka semua. Tapi sekalinya Kiara mencoba melawan, mereka akan berkata, 'eh jangan godain Kiara, dia sekarang emosian'.
Serba salah memang jika kau hidup dalam ruang lingkup toxic environment. Ingin resign tapi usianya terlalu tua untuk melamar di tempat lain, ingin membuktikan bahwa sebenarnya Kiara adalah manusia capable namun citranya terlanjur jelek.
Sembari menghela nafas, Kiara mengambil berkas yang dilempar oleh atasannya di atas meja. Dengan segera ia akan membetulkan kesalahan yang tadi ia lakukan.
Masalahnya tak seberapa besar, Kiara hanya memasukkan berkas cacat dalam odner rekrutmen. Hingga akhirnya sang atasan ikut memakai berkas yang ia masukan kesana dan sampai ke tangan user bagian lain. Padahal Kiara bisa saja menarik formulir rekrut itu kembali dan mengirim ulang dengan beribu permintaan maaf.
Namun tentu saja bagi sang atasan yang perfeksionis, Kiara yang penuh dosa ini wajib dimarahi. Siapa lagi gadis bodoh yang tahan dicemooh dan di teriaki tanpa menangis? Jika juniornya yang diperlakukan begitu pasti mereka akan goyah, menangis, dan menyerahkan surat resign keesokan harinya. Hal itu telah terbukti beberapa kali.
Kiara melihat atasannya tengah keluar ruangan sembari membuang muka darinya, kebiasaan atasannya itu sudah terpatri dalam ingatan seorang Kiara. Saat pintu tertutup beberapa rekan kerja menghampirinya. Dan Kiara tahu mereka tak datang untuk memberinya semangat.
"Ki, kok bisa sih? Hahaha"
"Makanya atuh otaknya jangan di tinggal di parkiran"
"Ki, mau tau harga otak lo ga? Pasti mahal banget. Gapernah di pake soalnya"
"Ayo, Ki. Ikut gue ke purchasing, gue beliin onderdil otak lo biar pinter"
Muak. Kiara cukup muak hari ini. Sedari pagi Kiara telah menjadi pelampiasan kemarahan sang atasan hanya karna sebuah kesalahan kecil. Bahkan seniornya yang membuat masalah lebih besar tak pernah dibentak seperti itu. Ya, apalagi kalau bukan karena hubungan pertemanan sang atasan dan seniornya dalam bertukar gosip. Sayangnya Kiara bukan seorsng penjilat.