"Keinginan hati hanya untuk berbahagia." ~Zenia Jannat~
Bismillahirrahmanirrahim.
.
.
.
Wanita berkerudung coklat itu tampak sedang kebingungan. Ia menggeledah tasnya untuk mencari sesuatu. Berburu buku di pagi hari menjadi rencana yang hanya ada dalam aplikasi chatting. Pasalnya, Zenia telah membatalkan rencananya dengan Laili pagi tadi. Keadaan menjadi haru tanpa ia duga sebelumnya. Meskipun begitu, sore harinya setelah kakak dan kakak iparnya kembali pulang, Zen pun ikut meninggalkan rumah untuk membeli buku. Mewujudkan rencana pagi tadi yang sempat gagal.
Di sinilah sekarang Zenia berada. Toko buku yang berada di Surabaya. Masih dengan keadaan bingung seperti kehilangan sesuatu. Zenia mulai merasa kesal dan panik sesaat setelah ia tidak mendapatkan sesuatu yang dicarinya.
“Permisi!”
Zenia menjingkat kaget ketika seseorang dari belakang menepuk bahunya. Dengan cepat ia memutar leher untuk melihat keberadaan seseorang yang membuatnya hampir jantungan.
“Eh, siapa ya?” tanya Zenia tak mengurangi mimik wajah yang terkejut.
Lelaki tampan tersenyum lembut padanya. Zenia terpana barang sejenak. Pahatan wajah yang hampir membuatnya tak berkedip. Sorot mata tajam yang terbingkai dengan alis tebal, hidung mancung dan bibir yang begitu menawan bagi seorang lelaki. Orang jawa biasa menyebutnya "sigar jambe".
Memiliki postur tubuh ideal bahkan potongan rambut layaknya seorang perwira polisi. Zen hampir saja terlena oleh buaian dosa yang dilakukan.
Lenyap sudah lamunannya manakala lelaki tersebut menyodorkan benda persegi panjang berwarna merah. Seketika raut wajah Zen berubah cerah setelah tadi sempat tercengang. Senyuman terbit dengan manisnya juga hati mendadak lega.
“Maaf, mengagetkan. Saya tadi melihat sesuatu terjatuh ketika Mbak sedang berjalan di depan saya,” jelas lelaki itu supaya tidak terjadi salah paham.
Zenia mengangguk kecil dan masih tersenyum saat kini ia mengambil alih dompet yang beberapa menit lalu sempat membuat panik.
“Masya Allah ... terima kasih banyak, Mas. Saya juga baru tahu jika tas saya yang ini robek. Beruntung orang baik yang menemukannya,” ungkap Zen dengan rasa lega luar biasa.
Keduanya saling melemparkan senyuman, tetapi senyuman Zen tampak lebih tulus juga sangat merekah.
“Sekali lagi terima kasih," ucap Zen yang saat ini merasa sangat bersyukur.
Tersenyum lebar sambil mengangguk lelaki tersebut. “Ya, sama-sama.”
“Khai, aku sudah selesai,” ucap seorang wanita yang datang tiba-tiba. Zen menatap wanita yang sedang menggendong anak kecil di belakang lelaki itu sambil tersenyum.
“Eh, ketemu sama teman ya,” ucap wanita itu lagi.