“Pak Ramos... ada urusan apa bapak kemari?” Sambil tersenyum, pria bernama Ramos itu mengangat sepucuk surat penyitaan dan memperlihatkannya kepada Surya.
“Saya membawa surat perintah dari bank Clifton. Mulai hari ini rumah kamu akan diambil alih bank.”
“Huuuh?”
Surya yang mendengar perkataan pak Ramos di buat kaget, kesal dan marah.
Meskipun sudah jatuh tempo, tapi itu bukan berarti rumah keluarganya bisa di ambil begitu saja.
Bahkan sudah 3 tahun ini Surya selalu membayar tagihan kredit pinjaman.
Meskipun terkadang telat, tapi ia tetap membayarnya.
“Tunggu bentar pak. Ini gak salah, kan?”
“Saya baru nunggak tiga bulan pak dan besok pagi baru mau saya bayar sebulan.”
“Halah, Kamu itu selalu telat bayar! Ini ... kamu baca sendiri surat penyitaan dari bank Clifton.”
Surya yang disodori surat penyitaan langsung membaca isi surat itu.
Dari membacanya saja Surya sudah tau ada yang ganjil dari itu semua.
Surya yang tak bodoh sudah mengerti dan memahami isi surat perjanjian peminjaman uang.
Batas maksimal jatuh tempo adalah 5 bulan, jadi dirinya yang baru menunggak 3 bulan harusnya masih aman.
“Gak bisa ini, ini menyalahi aturan. Saya juga sudah ada uangnya. Biar Surya bayar sebulan sekarang juga, pak.” Kata Surya dengan tegas sambil mempertahankan rumah peninggalan orangtuanya.
“Sudahlah Surya, mau kamu kerja sampai matipun pinjaman kamu di bank gak akan bisa lunas. Kamu taukan berapa bibimu gadaikan rumah ini ke pak Anton?”
“50 Milliar, Surya...”
“Sampai tua kamu juga gak akan bisa lunasin utang kamu. Jadi jangan bikin susah.”
“Satu lagi, pak Anton mau bikin hotel mewah disini jadi makin cepat kamu pergi makin bagus itu.”
Surya yang mendengar perkataan pak Ramos hanya bisa terdiam.
Hal yang paling ia takutkan ternyata benar-benar terjadi.
Anton Clifton, bankir dan pengusaha kaya raya sekota Rainfall cepat atau lambat pasti akan mengambil rumah orangtuanya.
Suryayang tak bisa menerima kabar itu tetap berdiri dan mempertahankan apa yang menjadi miliknya.
“Pergi...”
“Ini rumahku... rumah oratuaku! Jadi pergi kalian dari sini!”
Pak Ramos yang melihat bocah kecil itu tak bisa diajak bekerja sama langsung berbisik pelan di telinga Surya.
“Jangan kuatir, bos Anton akan memberikanmu bonus jika kau mau menurut.”
“Ku katakan ini padamu karena aku kasihan. Menyerahlah... bos Anton bukan orang yang bisa kau lawan!”
Surya yang tetap pada pendiriannya dan tak mau menyerahkan rumah peninggalan orangtuanya hanya diam saja dan berdiri.
Dengan gagah ia menghalang orang-orang suruhan Anton memasuki rumahnya dan berbicara tegas.
“Sampai matipun aku tak akan menyerahahkan rumah peninggalan ayah dan ibuku!”
Pak Ramos yang melihat pria muda itu tetap bersikeras dan tak mau bekerja sama akhirnya tak memiliki pilihan selain menggunakan opsi kedua.
2 pria lainnya vang memang dibawa khusus untuk melancarkan misi dari bos mereka mulai menghajar Surya.
“Jangan salahkan kami bocah kecil, kau sendiri yang memilih ini!” teriak salah seorang pria yang mulai menyerang Surya.