Setelah makan siang, Surya kembali melanjutkan pekerjaanya. Dari mensortir sampai mempacking buah ja lakukan dengan cepat.
Sampai waktu menunjukkan pukul 5 sore dan Surya hampir menuntaskan perkerjaannya.
“Hiuh... lama-lama capek juga.” kata Surya sambil meregangkan badan.
“Hahaha, kalo lagi panen emang begini.” lanjut Galih sambil tetap membungkus buah melon ke dalam kardus.
Meskipun tak terlalu besar, tapi buah melon dari kota Rainfall sudah terkenal ke seluruh dunia.
Rasanya yang manis dan warnanya yang kemerahan memang membuat Melon Rain memiliki nilai jual tinggi.
Saat sedang asik bekerja, Surya disamperin oleh salah satu karyawan.
“Surya, sana masuk. Dipanggil pak Johan tuh.”
Surya yang mengerti apa maksudnya hanya tesenyum dan langsung berdiri. Lalu ia berjalan ke ruangan pak Johan.
-Tok...tok...tok
Melihat Surya yang datang, Johan menyambutnya dan mempersilahkannya duduk.
“Duduk dulu Sur.” Surya yang disuruh duduk hanya menuruti perkataan pak Johan. Sambil mengetik, Johan mulai berbicara dan menanyakan banyak hal kepada anak alm sahabatnya itu.
Mulai dari sekolah sampai kisah asmara Johan bahas sambil sedikit bercanda.
“Hahaha, Masa sih masih belum punya pacar!”
“Beneran pak, Surya masih jomblo.”
“Astaga Sur-sur. Dari segitu banyaknya cewek cantik di Rainfall masa gak ada yang bisa kamu dapetin.”
“Ayahmu aja dulu playboy kelas kakap loh.”
Surya yang mendengar kisah masalalu ayahnya dari pak Johan hanya tersenyum sampai hampir tertawa.
Pak Johan memang sangat sering membicarakan soal ayahnya dan hal itu sedikit membuat Surya bernostalgia.
Surya bahkan masih ingat kalau dulu ibunya pernah kabur dari rumah karena sang ayah ketahuan selingkuh.
Untungnva pertengkaan itu berhasil diselesaikan secara damai dan hubungan keluarganya membaik karena Surya kecil yang kebetulan sakit.
Setelah membicarakan sedikit masa lalu, Pak Johan akhirnya memberikan apa yang sudah Surya tunggu-tunggu.
“Yaudah nih gaji kamu bulan ini.” kata pak Johan sembari memberikan amplop tebal berisi uang.
Surya yang melihat amplop tebal langsung mengambil itu.
“Makasih pak.” balas Surya dengan sedikit menundukan kepala.
“Inget yang bapak bilang. Kalau butuh apa-apajangan sungkan minta tolong ke bapak.”
“Iya pak.”
“Yaudah kalo gitu kamu dah boleh pulang. Sisanya biar diurus sama karyawan lain.”
“Baik pak kalau begitu Surya pamit pulang.”
“Iya, hati-hati.”