(Zero To Hero)

djhexca
Chapter #8

8

Sambil berjalan pelan, Surya meratapi nasib sialnya. Padahal wanita itu sangat cantik dan terlihat seumuran dengannya.


Mungkin jika pertemuan pertamanya tak seperti itu, Surya sangat ingin mengenal wanita cantik itu. Maklum, bagi Surya gadis pirang blonde dengan body sexy adalah tipenya.


“Huuh, semoga saja aku bisa bertemu lagi dengannya dan menjelaskan kesalapahaman ini.”


Setelah sampai rumah, Surya berganti pakaian dan bersiap-siap ke pusat kota Rainfall.


Setelah siap, ia melihat kembali sebuah surat penyitaan dari bank yang menempel di pintu rumahnya.


Melihat itu, Surya menjadi kesal dan langsung mencopot lalu merobek kertas itu.


“Tunggu saja dasar para bajingan. Akan ku lunasi semua hutangku sebentar lagi!”


Setelah itu Surya pergi ke pusat kota dengan menggunakan bus. Mentari sore yang indah perlahan mulai redup dan digantikan malam.


Dari kaca bus, Surya dapat melihat keindahan Rainfall City di malam hari.


Pusat kota di pulau besar itu sangat ramai oleh turis asing dan penduduk setempat. Hanya saja selama ini Surya yang tak memiliki uang hanya


dapat melihat dari kejauhan. Restoran mewah, cafe, hotel berbintang, casino dan sebagainya terlihat begitu mengagumkan di mata pria sebatang kara itu.


Sampai bus berhenti dan Surya pun turun lalu berjalan menuju toko Perhiasan pak Damar.


Toko Damar Golden, toko besar itu terlihat terang benderang dipenuhi oleh banyak benda berkilauan.


Baru saja sampai, Surya yang sudah mengenal pak Damar dan keluarganya sejak kecil langsung masuk.


Anak pemilik toko yang ada disana dan kebetulan melihat kedatangan Surya di depan pintu langsung menghampiri.


“Kenapa Surya? Ada yang kamu perlukan disini?”


“Bang Juan, pak Damar ada?”


Melihat pria dengan pakaian sedikit kumuh itu mencari ayahnya, Juan yang merupakan anak sulung Damar sekaligus kakak Bella sedikit tak senang.


Meskipun sudah mengenal Surya sejak kecil, nyatanya Juan tak begitu menyukaii Surya.


Itu semua tak lain karena ia tak begitu senang melihat Bella sang adik dekat dengan pria miskin. Melihat Juan yang diam saja, Surya bertanya sekali lagi.


“Ada gak bang?”


Bukannya menjawab pertanyaan Surya, Juan justru bertanya balik.


“Ada urusan apa emang kamu nyari ayahku?”


“Hehehe, Surya mau ngomongin bisnis bang.”


“Bisnis? Bukanya baru kemarin kamu naruh aksesoris mu disini?”


“Iya bang, cuman ini beda lagi. Yang ini bisnis besar!”


Juan yang melihat wajah tersenyum Surya merasa jengkel dan jijik.


Membicarakan bisnis, bilang saja dia mau meminta belaskasihan kepada ayahnya lagi, itulah pikirnya.


Lihat selengkapnya