ZETA

Pukul Sepuluh Malam
Chapter #10

SEMBILAN

Ting!

Gamma : Hari ini ada presentasi sama klien.  Doain aku!

Pi : Sip! Sukses, yang!

Pi : Sorry, kelepasan, hehe Lupa kalau ini di grup >.<

Pi : Aku juga lagi ada proyek sama dosen, nih. Semoga hari ini bisa selesai.

Zeta : Semangat ya kalian berdua :)

Zeta : Al, aksi turun jalannya jadi hari ini?

Pi : Kalau lihat pengumuman di OA BEM sih harusnya memang hari ini.

Gamma : Yoi! Jadi hari ini, kok.

Pi : Awas kalau lu pulang sampai lecet-lecet, Al! wkwk

Zeta : Hati-hati!

Aku benar-benar merasa tertinggal saat teman-teman sibuk dengan kegiatan mereka. Sedangkan aku hanya berkutat pada skripsi yang semakin kacau. Aku tak tahu bagaimana cara mereka membagi waktu, padahal mereka pun juga sama-sama sedang mengerjakan skripsi. Tidak hanya saat semester akhir seperti ini, sejak masih menyandang status mahasiswa baru pun mereka sudah disibukkan dengan berbagai kegiatan. 

Sudah hampir sebulan sejak pengumuman kelolosan itu. Namun, sampai hari ini, teman-teman masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku merasa tak enak jika harus bertanya lagi kepada mereka. Di sisi lain, hari-H sudah semakin dekat. Aku benar-benar kebingungan.

Aku sudah menggunakan waktu luang ini untuk mengerjakan skripsi, meski harus tetap revisi berkali-kali karena memang aku tak bisa berkonsentrasi penuh saat mengerjakannya. Bu Nana bahkan sempat memberikan coretan basar pada beberapa halaman naskah skripsiku. Padahal aku sama sekali belum mulai mengurus lombanya tapi skripsi sudah berantakan saja. 

“Bagian ini kan sudah saya minta untuk kamu revisi, kenapa di naskah yang kamu serahkan ini belum direvisi? Halaman yang ini juga, kemarin sudah saya beri catatan untuk pembenarannya biar kamu gampang saat merevisi, ini malah ngawur! Niat atau tidak kamu mengerjakan revisi dari saya? Apa mau ganti dosen pembimbing saja? Biar sekalian kamu mulai dari awal lagi.”

"Mohon maaf, Bu. Saya tidak mau ganti dosen pembimbing. Kedepannya akan saya perbaiki lagi," jawabku dengan suara lirih dan kepala menunduk.

"Lihat itu teman kamu, saya lupa namanya. Dia juga sempat ganti judul sama seperti kamu tapi minggu depan dia sudah seminar proposal, kamu bab satu saja masih mangkrak dari kemarin! Mau lulus semester berapa kamu kalau seperti ini terus?"

Kali ini aku tak menjawab. Hanya kepalaku yang menunduk semakin dalam melebihi ketika mengheningkan cipta. Saat seperti ini, waktu terasa berjalan lama sekali. Aku menggerak-gerakkan kakiku agar aku sedikit lebih rileks dan berharap setiap detik berjalan cepat seirama dengan gerakan kakiku. 

"Ya sudah. Minggu depan saya tunggu hasil revisinya, awas kalau pekerjaan kamu masih berantakan," ucap bu Nana seraya memberikan naskah skripsiku yang penuh coretan spidol berwarna merah.

"Baik, Bu. Terima kasih." Aku mengambil naskahku lalu beringsut keluar dari ruangan yang menegangkan ini.

Setelah dimarahi oleh Bu Nana perutku terasa lapar. Aku putuskan mampir ke kios pak Takur terlebih dahulu sebelum pulang ke kos. Akhir-akhir ini aku dan teman-teman memang sangat jarang makan bersama di sini, namun tak apa karena masaki sendirian pun ayam geprek pak Takur tetap terasa nikmat. 

"Pak, ayam geprek satu sama es teh, ya."

"Bungkus atau makan sini, mbak?"

"Hmm… makan sini saja."

Biasanya kampus masih cukup ramai meski hari sudah sore. Entah karena ada kelas sore, mengerjakan laporan praktikum yang harus dikumpulkan hari itu juga, atau hanya sekadar nongkrong sambil menikmati wifi. Karena hari ini para mahasiswa ikut turun aksi, sepertinya beberapa kelas setelah jam makan siang banyak memberikan kelonggaran atau bahkan menggantinya di hari lain.

"Mbak, ini ayam gepreknya," salah satu pegawai pak Takur mengantarkan pesananku.

Lihat selengkapnya