Lorong-lorong dengan bau khas obat-obatan. Aku benci tempat ini. Sayangnya, selalu ada alasan yang membuatku kembali dan kembali lagi ke sini. Meski bukan aku yang dirawat, namun melihat orang yang disayangi terbaring di atas ranjang rumah sakit membuatku ikut terluka.
Hari ini hujan kembali turun. Langit terlihat sangat kelam. Begitu juga suasana hatiku yang muram. Aku pernah mendengar mitos bahwa cuaca terkadang memang bisa mempengaruhi suasana hati. Sayangnya, kali ini aku tak yakin, apakah muramku sebab langit yang mendung atau karena semalaman aku tak bisa tidur.
Hampir pukul enam sore. Masih banyak orang yang berada di kamar Alfa. Aku tak banyak mengenalnya, mungkin mereka teman-teman Alfa di BEM atau komunitas yang ia ikuti. Aku, Pi, dan Gamma dari tadi mengurungkan niat untuk menjenguk. Kami bersepakat untuk menunggu sampai sedikit lebih lengang. Beruntung di sekitar rumah sakit ini banyak warung-warung untuk tempat menunggu dan sekadar mengisi perut yang dari tadi tak mau dimasuki makanan.
“Jadi, gimana ceritanya, Gam?” Pi mengawali obrolan kami ditemani tiga mangkuk soto untuk masing-masing dari kami.
“Kata anak-anak, semalam Alfa sama beberapa anak ditahan di polsek. Semacam dimintai keterangan kayaknya,” jawab Gamma sembari meniup sesuap nasi soto yang masih panas.
“Terus, dipulangin jam berapa?” Kali ini aku ikut bertanya.
“Hmm… Bentar aku lihat pesan di grup chat.” Gamma mengeluarkan ponsel dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya masih memegang sendok berisi kuah soto. Ia menekan layar ponselnya beberapa kali, sesekali mengusapnya, lalu ia berkata, “Jam… sepuluh pagi tadi baru dipulangin. Itu juga yang jemput dosen.”
“Yang bawa dia ke rumah sakit juga dosen?”
“Iya, sama dibantu teman-teman yang lain.”
“Aku belum tahu kabarnya sama sekali. Alfa, nggak papa?” aku kembali bertanya.
“Nggak apa-apa. Beberapa bagian tubuhnya memang luka-luka. Tapi, aku dengar keningnya dijahit juga.”
“Aku sudah mengira kalau demo kali ini bakal rusuh,” ucap Pi.
“Kamu, benar. Sejak beberapa bulan lalu kondisinya sudah memanas. Kali ini sampai di puncaknya.” Aku ikut setuju dengan pendapat Pi.
“Ngomong-ngomong, kalian berdua pernah ikut aksi turun jalan,” Gamma bertanya kepada kami.
“Nggak.” Aku dan Pi menjawab hampir bersamaan.
“Kalau kamu, Gam?” aku bertanya balik ke Gamma.
“Pernah, satu kali, doang. Untungnya, waktu itu demonya aman.”