Zian dan Zahira

romaneskha
Chapter #5

Chapter 5: Sebuah Rahasia

"Ada apa dengan suaramu? Apa kamu makan dengan baik? Istirahatlah segera jika merasa lelah, pekerjaan bukan segalanya."

Kalimat itu terus berputar di kepala Zian. Diucapkan dengan getaran kekhawatiran, dari mulut orang yang benar-benar memahami dirinya. Bahwa pekerjaan bukanlah segalanya, dan dulu Zian benar-benar seperti orang gila yang terobsesi untuk terus bekerja. Sebenarnya, ia cukup menikmati waktu-waktu itu. Namun, hari ini ia sadar bahwa usahanya itu tak lebih dari lubang yang dibuat dari ujung jarum yang ditusukkan di atas hamparan gurun sahara. Setelah Tuhan meniupkan angin padanya, lubang itu akan segera tertutup dan tak meninggalkan bekas sedikit pun. Sekarang, Zian benar-benar merasa tak berdaya. Ia juga bingung, sebenarnya apa tujuannya dulu hingga berusaha begitu keras. Apa kekayaan? Kehormataan? Rasanya itu tidak ada artinya sekarang. Zian... terlalu bodoh untuk memahami apa sebenarnya tujuan Tuhan menghadirkan dirinya di dunia ini. Atau sebenarnya pertanyaan ini lebih umum, Zian sama sekali tidak mengerti tujuan Tuhan meciptakan manusia, kalau akhirnya Dia membuat mereka mati. Tidakkah menjadi benar-benar jahat ketika seseorang menciptakan sesuatu, kemudian menghancurkannya. Rasa sakit, bagaimana pun orang-orang menyebutnya, kenapa itu juga harus ada.

Zian tertunduk. Tapi, ia tahu egonya tak sepenuhnya menerima bahwa ini takdir. Pasti ada yang bisa kulakukan, atau... pasti ada yang salah hingga aku mendapatkan konsekuensi ini. Ya. Zian selalu mengukur sesuatu dengan hukum sebab akibat. Karena itu kukatakan aku tidak benar-benar merasa marah pada Tuhan, aku hanya mencoba memahami. Tentang apa sebenarnya tujuan-Nya membuatku hidup, dan jika Dia benar-benar baik seperti yang orang bilang. Kurasa ada hal yang bisa kusyukuri dari pemberiannya ini atas hidupku.

"Pasien kamar 406, tidak terlalu kooperatif, Dok! Dia akan dengan gampangnya menolak tindakan invasif tanpa mempertimbangkan dulu apa baiknya tidakan itu untuknya."

Zian mendengarnya. Pasukan yang biasanya mengenakan setelan putih itu membicarakan dirinya lagi. Tidak lama, terdengar pintu kamar diketuk dua kali. Pintu terdorong perlahan dan pasukan itu masuk seolah ingin menangkap Zian.

Zian tidak ingin beranjak dari tempatnya berdiri. Langit pagi hari itu terlihat sangat indah dan ia hanya perlu menarik napas dengan santai untuk membuat dirinya lebih nyaman.

"Kami akan melakukan USG pada Anda," dokter Monalisa mulai angkat suara. Zian mengerti. Ini tentang "pemeriksaan lanjutan".

Zian menoleh sedikit. Dokter itu masih asyik membolak-balik rekam medis milik Zian.

"Untuk melihat kondisi organ di dalam perut, karena sepertinya... nyeri perut Anda tidak berkurang."

"Bisakah Anda hanya fokus pada menaikkan berat badan saya!" ungkap Zian setengah enggan untuk mengulangi hal yang berulangkali diucapkan.

"Hah?"

"Saya akan membayar lebih untuk ini,"tegasnya.

Lihat selengkapnya