Pada perbatasan Dataran Lira dengan Kerajaan Liveria. Debu-debu, kerikil dan tanah, terhempas langkah kuda. Teriakan perang dan jeritan sakratul maut mengisi udara. Pasukan Dataran Lira dan Kerajaan Ranalus semakin terkikis habis dilibas pasukan Kerajaan Liveria. Perang ini untuk melindungi Dataran Lira dari invansi Kerajaan Liveria. Dan Kerajaan Ranalus melindungi dataran ini karena menganggapnya sebagai tanah suci.
"Berikan tanda supaya penyerang jarak jauh memasang Formasi Perlindungan! Pada aba-abaku, semua penyerang garis depan mundur ke belakang dan pada aba-abaku selanjutnya, perintahkan pasukan penyerang jarak jauh menembak pasukan musuh yang mengejar kita," teriak Jenderal dari Kerajaan Ranalus pada salah satu pasukan elite yang melindunginya.
"Ma-maaf Jenderal, mereka semua sudah tidak ada," jawab anak buahnya itu.
"Apaaa!"
"Yang kita lawan bukan manusia, jenderal. Mereka habis dalam sekejap saja," jawab prajurit.
Jenderal Ranalus, Haidar, langsung melayangkan pandangannya pada sekeliling peperangan.
"Aaargh!" tiba-tiba seseorang berlari ke arahnya sambil mengayunkan pedangnya. Jenderal Haidar mengangkat tangan dan terdengar letusan dari sarung tangan besi yang mempunyai selonsong berbentuk silinder. Orang yang berusaha menyerangnya langsung jatuh tak bernyawa dengan kepala hancur. Setelah yakin lawannya mati, Jenderal Haidar sedikit teralihkan.
"Jenderal!" anak buahnya berteriak sambil bergerak cepat ke bagian belakangnya. "Aarrgh!!" sebuah pedang telak menusuk tubuhnya dari bagian belakang tembus ke depan.
Jenderal Haidar kaget, lebih-lebih melihat pelakunya adalah musuh yang tadi dia tembak di bagian kepalanya hingga setengah hancur.
"Haxx heeeex haassh," monster itu memaksakan diri tertawa dengan kepalanya yang sudah setengah hancur.
"Iblis!" seru Jenderal haidar sambil menendang monster itu sekuat tenaga, hingga terjengkang ke belakang. Sambil menahan tubuh Anak Buahnya yang terluka parah, Jenderal haidar mengambil sebuah bola dan dilemparkannya pada Monster Mayat hidup. Bola itu meledak dan menyerakkan tubuh monster ke berbagai arah.
Setelah urusan dengan Mayat hidup selesai, Jenderal Haidar lalu meletakkan tubuh Anak Buahnya ke tanah.
"Aaaargh!" Tidak menunggu kesempatan untuk berduka, serangan selanjutnya datang. Jenderal Haidar meraih gagang pedang pada pinggangnya, untuk bersiap menyambut serangan.
-Set! Sraaat! Tiba-tiba sebuah serangan mendahului niat Jenderal haidar.
"Aaakh!" Prajurit yang hendak menyerang Jenderal Haidar tewas dengan kepala hampir putus.
"Paman! Kita harus mundur!" seru seorang anak muda, Pangeran Arsid. Terlihat darah menetes dari pedang melengkung bewarna kehitaman yang dia bawa. Pedang Ranalus adalah pedang yang ditempa dari Baja Ranalus yang punya pengolahan khusus, menjadikan pedang itu lentur kuat, bahkan bisa memotong selembar kertas yang melayang di udara.