ZOMBI DAN MEREKA YANG TAK BISA MATI

Meliana
Chapter #3

Pengorbanan Terbesar

Ini sudah lebih dari seminggu. Di hari ke sembilan aku tidak merasakan tubuh lemasku. Infusku sudah lama dihentikan, diganti dengan transfusi darah yang dikarenakan pembuluh darah dalam yang mulai pecah disana sini . Selain berubah menjadi sangat kurus aku juga berubah menjadi menyedihkan. Wajah pucat dengan mata dan hidung yang terus mengeluarkan darah. Juga telinga yang turut mengeluarkan darah. Lebih mirip keadaan orang yang sekarat daripada keadaan orang yang akan berubah menjadi berbeda.. sama sekali tidak tampak akan menjadi monster.

Waktunya memang sudah semakin mendekat dan tubuhku terbiasa tanpa makanan. Aku terus menunggu waktu itu tiba. Hari ke13 pun akhirnya datang untukku.. meski tidak bercermin, tapi aku melihat betapa kurusnya tubuhku yang tidak lagi mencerna makanan selama hampir dua pekan. Aku seperti manusia kelaparan, atau mayat hidup yang kehilangan banyak berat badannya. Ironis sekali!.. peningkatan atau perubahan lain dariku adalah sisi emosiku. Tampak tenang diluar tapi kemarahan di dalam diriku membara. Ada sisi buas, liar, dan kejam yang mendatangkan naluri lain yang baru. Naluri untuk mencabik-cabik dan berburu.. dan aku menjadi sangat marah terkurung disini. Aku mengamuk menghajar dinding kaca tebal itu. Terus-menerus memukuli dan menendanginya. Begitu Bernafsu ingin menghancurkannya. Saat itu aku mulai menyadari.. aku kehilangan rasa sakitku.

Tanganku dengan tulang-tulang remuknya mulai berlumuran darah. Jelas lukanya parah sekali. Darah dari lukaku itu memenuhi dinding kaca tebal yang ingin kuhancurkan.. tetapi entah kenapa aku sedikit pun tidak merasakan rasa sakitnya. Yang kurasakan sat itu hanya lah keinginan.. keinginan yang sangat kuat dan mendesak untuk menghancurkan. Menghancurkan kaca tebal itu. Aku benar-benar seperti kerasukan dan aku tiba-tiba ingat kalau aku dulu sangat ingin dirasuki iblis.. dan hari ini sudah terjadi.

Tidak ada rasa sakit. Tidak ada rasa takut. Rasa lelah pun menghilang. Aku yang dirasuki iblis telah menjadi kuat sekali. Kaca tebal yang kuhajar habis-habisan itu mulai retak dan membuatku semakin menggila untuk menghancurkannya.

Profesor Mentari akhirnya berbaik hati padaku. Aku boleh mengunjungi ruang monitor pengawas setiap hari untuk melihat kondisi pelangi. Dari layar sisi TV. Perubahan yang menyedihkan... virus yang diberikan profesor Mentari pelan-pelan mengubah pelangi. Semakin hari dia tampak seperti mayat hidup. Setiap hari aku sangat syok mendapati perubahan itu. Hatiku hancur. Aku yang tumbuh bersama Pelangi karena kami dibesarkan bersama-sama. Aku yang sangat mengenal Pelangi. Anak itu sejak kecil adalah anak yang penakut dan pemalu. Dia tidak bicara pada siapa pun dan kalau pun dia bicara, dia terpaksa melakukannya. Dia menghindari kami semua karena ketakutannya.. dan sekarang aku menyadari dia, Pelangi Raya., akan kehilangan ketakutan itu. Dia akan kehilangan dirinya..

Aku menggeleng sedih. Aku tidak bisa menerima apa yang terjadi kepadanya. Kapan dia berubah menjadi monster?.. aku tahu itu akan segera terjadi. Namun yang paling aku sesali adalah kenapa harus Pelangi yang terpilih?.. kenapa dia yang harus menjadi kelinci percobaan?.. kenapa aku tidak boleh menggantikannya?.. aku hanya bisa kecewa. Aku hanya bisa sedih. Hatiku terluka.. sangat sakit.. aku sungguh tidak pernah rela itu terjadi kepadanya.

Hari ini hari ke13.. rasanya selalu tersambar petir setiap aku melihat dirinya di layar monitor yang terhubung dengan kamera sisi TV. Dia yang selama 12 hari terakhir tenang seperti patung, kini menjadi buas dan mengamuk dengan keadaan yang memprihatinkan. Aku melihatnya benar-benar seperti mayat hidup yang mengamuk. Wajah pucatnya sudah dipenuhi murka dan kekejaman. Sudah tiba waktunya?.. Pelangi sudah berubah?..

Tubuhku terasa tidak berpijak di bumi saat aku mendapati perubahan Pelangi..tidak ada rasa sakit.. tidak ada rasa takut..tidak ada rasa lelah dan tidak bisa berhenti mengamuk menghajar kaca tebal yang mengurungnya. Sampai akhirnya dia berhasil menghancurkannya.

Akhirnya detik itu aku merasa semakin terluka karena kenyataan buruk ini. Virus Mentari itu telah berhasil mengubah Pelangiku menjadi manusia monster yang sangat kuat.

Dengan tatapan dingin dan wajah buas, Pelangi keluar menuju pintu baja. Pintu itu hanya bisa dibuka dengan menggunakan kode rahasia. Lagi-lagi Pelangi menendangi dan menabrak keras pintu itu tanpa henti. Tapi dia tidak berhasil membukanya. Ia menyeringai murka tapi ternyata masih tersisa sisi dirinya.. ia mendekati kamera pengawas. Menyeringai dan tersenyum.. yang mengejutkan dia bicara..

“Aku ingin keluar dari sini!!” teriaknya berang dan menabrakkan tubuhnya ke permukaan pintu baja. Dia menggila.. aku tidak sanggup lagi melihatnya. Aku menjadi lemah. Tidak berdaya dan tidak mampu menghadapi kenyataan ini lagi.

Dokter Bayu asisten Profesor Mentari menjadi sibuk di ruang monitor. Ia menghubungi atasannya itu. Tak berapa lama Profesor Mentari tiba di ruangan monitor pengawas. Menangani sendiri kondisi Pelangi dari ruangan itu.

“Aku akan membiusnya!” dia mengaktifkan alat rahasia di dalam ruangan Pelangi di isolasi. Asap memenuhinya. Asap itu mengandung obat bius dengan dosis tinggi. Sementara itu Pelangi masih terus menabrak pintu baja itu dengan tubuhnya. Tubuh yang kini penuh luka dan.. entah lah.. aku tidak bisa mengakui apa yang sedang aku lihat. Tulang-tulang tubuhnya mulai patah, tapi dia tidak bisa berhenti mengamuk. Dia tidak akan berhenti sebelum pintu itu bisa ia hancurkan.. sedangkan tubuhnya mulai hancur. Kepalanya terluka parah. Namun ironisnya dia tetap mengamuk dan tidak bisa berhenti. Sesuatu yang buas dalam dirinya mendorongnya lebih gila.

Asap dari obat bius itu mulai memudar. Aku bisa melihat kembali sosok Pelangi yang ditutupi asap itu. Dia menjadi tenang. Terdiam di depan pintu. Bahkan duduk bersandar disana. Ia seperti tertidur disana. Obat bius itu ternyata bekerja. Profesor Mentari dan asistennya bergegas pergi ke ruangan itu untuk memeriksa kondisi Pelangi. Aku mengikuti mereka. Ikut masuk dan menggendong tubuh Pelangi yang patah dan remuk itu. Mereka memintaku membaringkannya di tempat tidur observasi di dalam kaca tebal itu.

“Detak jantungnya sudah berhenti.. ini pasti akibat dosisnya terlalu tinggi!” kata Profesor Mentari pada asistennya. Bagaimana bisa dia begitu tenang menghadapi keadaan darurat seperti ini?..

“Lalu bagaimana dengan tubuhnya yang hancur.. apa jantungnya berhenti karena itu?” tanya asistennya pada Profesor Mentari yang semakin tenang.

“Aku rasa dia tetap manusia karena itu jantungnya bisa berhenti!..” katanya lalu bekerja lagi. Mengambil sampel dari luka dan darah dan langsung membawanya ke Lab Sainsnya. Walau hatiku sangat hancur aku kembali mengikuti perempuan itu.

Tidak ada rahasia diantara kita Panji!.. aku akan memberitahumu!..” Profesor Mentari tidak ingin aku salah paham,

Lihat selengkapnya