Zona Nyaman

kayla sasi kirana
Chapter #3

"Kara....??"

Semuanya akan menjadi mustahil ketika hanya di impikan, tanpa adanya suatu pergerakan.

~Zona Nyaman~

-Kaylaask-

...

Setelah selesai Nafi membersihkan diri, tubuh yang kembali lebih wangi dari sebelumnya serta perut yang sepertinya tidak tahan lagi untuk segera menghabiskan masakan Bunda. Sekarang saatnya ia memanggil Kara, yang mana jarak kamar dirinya dan jarak kamar Kara tentu di lantai yang sama, dan hanya di bataskan dengan perpustakaan kecil menjadi pembatas antara kedua kamar mereka. Dibutuhkan waktu yang sangat singkat, hanya lima langkah dari tempat yang saat ini ia berdiri.

"Kara...??"

Kata Nafi yang di iringi dengan ketukan pada pintu kamar Kara tersebut.

"Ara...???"

Panggil Nafi untuk kedua kalinya, dan sedikit heran dengan sosok satu ini. Biasanya Kara akan membuka ketika pintu kamarnya di ketuk dan itu hanya satu panggilan saja, lalu pintu kamar tersebut akan terbuka dengan sendirinya. Tetapi saat ini tidak seperti biasanya, apa mungkin saat ini Kara dengan sholat, atau ke kamar mandi ??

"Kara ??"

Kata Nafi yang sedikit cemas ketika Kara tidak merespon panggilan ketukan pintu ini.

"KARA ??!!!"

Kata Nafi yang berteriak sambil mengetuk pintu dengan sedikit kencang dan kuat.

"KARA ??!!"

Kata Nafi untuk kesekian kalinya memanggil Kara dan tentu hasilnya tetap sama. Tidak ada satupun respon dari perempuan tersebut.

"Kara, buka mau lo tuh apaan ?"

Kata Nafi yang kembali di buat kesal oleh tingkah laku Kara. Dan untuk ke sekian kalinya, dengan kesal Nafi membuka kamar Kara dengan sangat mudah, tentu tidak di kunci oleh sang pemilik. Tanpa aba aba Nafi langsung memasuki kamar Kara dan ternyata di dalam kamar tersebut tentu tidak ada keberadaan Kara. Kamar yang hanya di isi dengan rak buku, dan lemari pakaian bergabung dengam tempat perlengkapan make up, itupun hanya di isi dengan farfum, bedak, dan ada satu buku bewarna hitam. Sungguh isi kamar Kara lebih rapi dan polos berbanding terbalik dengan isi kamar miliknya. Yang mana semua berisi lemari khusus untuk pajangan miniatur mobil dan motor yang di susun di dalamnya dan hampir memenuhi muatan. Lemari baju di kamarnya yang terbuka begitu saja karena baju baju yang dirinya ambil asal asalan. Kasur yang di penuhi gambar mobil tentu dengan dinding kamar yang tak lupa ikut di tempel dari tempel gambar mobil juga serta jangan lupa foto foto yang tersusun rapi di rak buku Nafi yang begitu banyak. Sedangkan kamar milik Kara, kasur yang tidak ada rupa bentuk, yang hanya saja ada warna untuk menutupi kasur tersebut. Warna hitam sama seperti buku yang berada di tempat perlengkapan make up. Rak buku juga yang hanya di penuhi dengan buku buku tebal materi perkuliahan dan tak ada satupun foto yang berada di kamarnya.

"Aduhh, ini kenapa lebih rempong kamar gue dari pada dia kamarnya." Kata Nafi yang terheran. Biasanya seorang perempuan mempunyai kesukaan, baik terhadap lagu, orang yang di sukai misalnya, melukis, gambar, menulis, sedangkan Kara tidak termasuk dalam itu semua.

"Apa ini efek dari semuanya ya ?" Kata Nafi yang bertanya kepada dirinya sendiri. Dan jika memang benar perilaku Kara terjadi karena sesuatu tersebut, sungguh hal sangat di sayangkan.

"Kara mana juga ini ??" Kata Nafi yang lagi lagi bertanya sambil menelusuri kamar sepupunya itu.

Ya, Kara hanya sepupunya bukan saudara kandung dirinya. Mama perempuan ini adalah kakak kandung dari Bundanya Nafi. Hubungan dirinya dan Kara dahulunya hanya mengetahui nama gadis tersebut, tanpa melihat sosok wajah yang asli. Dahulupun pernah ia melihat Kara hanya melalui foto dan pada saat itu Kara masih berumur 10 tahun. Dirinya sangat mengetahui bagaimana sosok gadis ini, karena Bunda setiap saat menceritakan tentang Kara terhadap dirinya. Perempuan yang sulit sekali tersenyum namun pada saat ketika senyumnya telah tiba munculkan sosok bulan sabit yang sedikit besar di setiap pipi kiri dan kanannya. Gadis ini sangat cantik ketika tersenyum dan tertawa, dan mungkin saat ini ketika dirinya tersenyum dan tertawa dengan mudah. Dan dirinya yakin para lelaki termasuk Bima akan menyukai Kara melalui senyum gadis yang menghipnotis semua orang di sekitarnya.

Namun senyum itu tidak pernah sekalipun di lihat oleh Nafi dan juga Bunda. Dulu ada seseorang laki laki yang bisa mengembalikan itu semua, tidak berlangsung lama dan hanya beberapa saat semuanya kembali seperti sekarang. Dan entah bagaimana sosok laki laki tersebut yang Nafi tau laki laki itu tidak lagi berada di sekitar kehidupan Kara.

"Nggak kaburkan itu anak ?" Tanya Nafi yang lagi dan lagi bertanya kepada dirinya sendiri. Lalu setelah berbicara seperti itu, Ia mengingat pada saat Kara berbicara dan bilang Kara hanya menjadi hama dalam kehidupan Nafi.

Lalu setelah itu, Nafi kembali menutup pintu kamar Kara dan berlari menuju tangga untuk segera menemui Bunda.

"BUNDA??!!"

Teriak Nafi dari lantai atas.

"BUNDA??!!"

Teriaknya lagi.

"Bunda, Kara nggak ad...??"

Ucap Nafi yang terhenti ketika melihat sosok Bunda, Bima, dan perempuan yang dirinya khawatirkan saat ini.

"Kenapa sayang ??" Tanya Bunda yang sepertinya kebingungan dengan aksi anak gantengnya ini.

"Nggak papa Bun, Nafi laper nih." Jawab Nafi.

"Tadi bilang apa kamu, Kara kenapa ?" Tanya Bunda lagi yang sepertinya masih bingung dengan keadaan Nafi yang tiba tiba teriak menyebut nama Kara.

"Nggak Bun, tadi ada kesalahan teknis." Kata Nafi dan tentunya di jawab dengan anggukan kepala oleh Bunda.

"Ini makanan kamu udah Bunda siapin, tadi di atas ngapain aja, kok lama banget ?" Kata Bunda yanh sambil meletakan piring di hadapan Nafi.

"Bersih bersih bisa wangi nanti." Jawab Nafi. "Sama tadi ke kamar Ara yang kata Bunda ajak dia juga supaya ikut makan, waktu ke kamarnya nggak ada orang ehh taunya udah ada di sini." Selanjutnya Nafi yang menjelaskan.

"Ohhh, tadi Ara di taman belakang waktu kamu pulang sama Bim Bim, Bunda kelupaan soalnya." Kata Bunda yang ternyata kebaradaan Kara sendari tadi berada di taman belakang.

"Maaf ya udah buat kamu khawatir." Lanjut Bunda yang merasa bersalah, sepertinya anaknya ini khawatir saat melihat Kara tak ada di kamarnya.

"Iya nggak papa kok." Jawab Nafi.

Lihat selengkapnya