Lydya memandangi layar di hadapannya dengan mata yang tak berkedip. Grafik suhu yang terus menanjak pada monitor membuat jantungnya berdegup kencang. Angka pada grafik itu sudah hampir mencapai 3 derajat Celsius—ini terlalu ekstrem! Raut wajah Lydya memucat, refleksi dari kepanikan yang mulai merayap di benaknya. Wanita tangguh dengan wajah keras itu segera meraih telepon satelit yang tergeletak di meja.
"Musa-san! Ini gawat! Deviasi perubahan suhu melonjak hingga 3 derajat Celsius!" Suara Lydya terdengar tergopoh-gopoh, penuh dengan kegelisahan.
Di seberang sana, Musa Akimura, Kepala Peneliti International Climate Change di kapal Amundsen, tampak terkejut. "Oh Tuhan! Satu derajat lagi, lapisan es kedua akan mencair!"
Lydya menelan ludah. "Yup! Satu derajat lagi, maka muka air laut akan naik setidaknya dua meter," jawabnya, suaranya bergetar. Bayangan akan beberapa kota besar di dunia yang perlahan tenggelam seketika menghantui pikirannya.
Pembicaraan itu pun terputus, meninggalkan mereka berdua dalam kecemasan yang sama. Musa-san memandang ke luar jendela kapal, ke arah gunung es setinggi 200 meter yang menjulang di hadapannya. Jika lapisan es kedua mencair, gunung es itu akan runtuh—begitu juga gunung-gunung es lainnya yang tersebar di sepanjang kutub selatan dan utara. Kepala peneliti itu menggeleng pelan, seolah menolak kenyataan yang mulai terbentuk di depan matanya.
Kapal Amundsen, yang mereka tumpangi, perlahan membelah lautan yang dipenuhi labirin gunung es di Antartika. Di tengah perjalanan ini, mereka sedang melakukan pengambilan sampel mikroorganisme dan organisme yang mungkin masih terawetkan dalam lapisan es. Tujuan mereka adalah membuktikan teori bahwa ada organisme purba yang terperangkap dan terawetkan dalam lapisan es yang sangat tua ini.
Lapisan es di kutub sendiri terbagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama, permukaan es setebal 200 meter, kini telah banyak berkurang akibat pemanasan global yang terus berlangsung sejak abad ke-20. Lapisan kedua, dengan ketebalan 500 meter, menjadi buffer atau penyangga bagi lapisan ketiga yang sangat penting. Jika lapisan ketiga ini mencair, daratan dunia akan tenggelam di bawah permukaan laut. Lapisan keempat, yang terakhir, adalah lapisan es luar biasa padat setebal 200 meter, dengan kekerasan yang melebihi intan.
Lapisan kedua inilah yang menjadi fokus penelitian mereka. Di sinilah teori cryogenetic terjadi—di mana hewan dan tumbuhan purba terperangkap dan terawetkan dalam bentuk fosil. Kabar dari laboratorium darat ELVNINE tadi sebetulnya adalah kabar baik bagi penelitian mereka, karena itu berarti mereka tidak perlu bersusah payah melakukan pengeboran lapisan es untuk mencari obyek yang diinginkan. Namun, bagi Musa-san, berkah ini adalah musibah kemanusiaan. Kenaikan muka laut akibat pencairan ini akan cukup signifikan, menenggelamkan banyak kota di pesisir.