Zona Terakhir

Jiebon Swadjiwa
Chapter #4

Bab 3: Jamur Pembawa Maut

Golden Wood Company, Congo Basin


Dugu menghela napas berat, melepaskan helm yang melekat erat di kepalanya. Panasnya terik Afrika membuat keringatnya mengalir deras, membasahi rambut dan tubuhnya. Lima batang pohon raksasa telah berhasil dia tumbangkan hari ini, masing-masing dengan diameter melebihi 150 cm. Namun, satu pohon Afrormasia dengan diameter 250 cm ternyata tumbang dengan cara yang tidak biasa. Pohon itu bukan hanya roboh, tetapi akar-akarnya yang besar juga tercerabut dari tanah.

Mencoba menghapus rasa lelahnya, Dugu membuka botol minumnya dan meneguk air dingin yang menyejukkan tenggorokannya yang kering. Pandangannya yang lelah tiba-tiba tertumbuk pada sesuatu yang tak biasa di antara akar-akar pohon besar yang tumbang tadi. Sekumpulan jamur berwarna merah muda mencolok tumbuh subur di sana, tampak begitu segar dan menggiurkan.

Senyum lebar menghiasi wajah Dugu. *Makan malam nanti akan sangat istimewa,* pikirnya. Tanpa ragu, dia memetik jamur-jamur itu dengan tangan telanjang dan menjejalkannya ke dalam keranjang bekalnya. Hasrat untuk mencari lebih banyak jamur itu mendorongnya untuk terus menyusuri akar-akar pohon besar lainnya yang juga telah tumbang. Dan benar saja, dia menemukan lebih banyak lagi jamur serupa, cukup untuk mengisi penuh keranjangnya.

Hari itu, Dugu benar-benar puas. Selain menebang lebih dari target yang ditetapkan—delapan pohon dari target tujuh—dia juga menemukan "harta karun" yang akan membuat pesta malam ini semakin meriah. Dengan semangat yang menggebu-gebu, Dugu membawa keranjang jamurnya ke sungai kecil di tepi camp untuk mencucinya sebelum siap untuk dimasak.

Sementara itu, di kantor kecil Golden Wood Company, Mister Jones tengah menyusun laporan bersama Denies dan Coley. Keputusan untuk mempercepat penebangan hutan tampaknya membawa hasil yang luar biasa. "Hari ini, setiap penebang mencapai target tujuh pohon, kebanyakan Afrormasia dengan diameter di atas 120 cm," lapor Denies dengan nada puas.

Mata Mister Jones masih tertutup rapat, mencoba meresapi kepuasan dari secangkir kopi yang baru saja dia seruput. "Itu kabar baik, Denies. Bayangkan, Afrormasia sebesar itu bisa menghasilkan uang besar untuk kita," ujar Jones, tanpa membuka matanya.

Namun, obrolan mereka harus terhenti tiba-tiba ketika terdengar suara keributan dari arah barak pekerja. Teriakan panik terdengar jelas, menambah ketegangan malam itu.

"Dugu menjadi gila! Hati-hati!"

Lihat selengkapnya