Zona Terakhir

Jiebon Swadjiwa
Chapter #16

Bab 15: Di Balik Gerbang Es

Laboratorium Penelitian ELVNINE, Arctic

Aeshe memandang keluar jendela kecil pesawat yang membawanya melintasi hamparan es tak berujung. Di bawahnya, lanskap Arktik yang putih bersih terlihat begitu sunyi dan dingin, seolah-olah menyembunyikan misteri yang hanya dapat diungkap oleh mereka yang berani menjelajahinya.

Pesawat kecil yang ia tumpangi mulai bergetar saat mendekati titik pendaratan, dan Aeshe merasakan sensasi yang sama seperti ketika ia pertama kali memulai penelitian doktoral dalam bidang virologi. Namun kali ini, ia tidak sedang menuju ruang kuliah atau laboratorium kampus—ia sedang menuju tempat yang jauh lebih asing dan menantang.

Saat pesawat mendarat dengan lembut di permukaan es, Aeshe merasa seperti memasuki dunia lain. Begitu ia keluar dari pesawat, angin dingin langsung menyambutnya, menampar wajahnya dengan keras.

Namun bukan angin yang membuatnya terkesiap—melainkan pemandangan di depannya. Di tengah-tengah dataran es yang membeku, berdiri sebuah fasilitas besar yang dikelilingi pagar besi tinggi, tampak seperti instalasi rahasia yang hanya ada dalam cerita fiksi ilmiah.

Bangunan-bangunan berbentuk iglo raksasa tersebar di dalam area tersebut, dikelilingi oleh lapisan salju tebal yang memantulkan sinar matahari, menciptakan ilusi kilauan berlian.

"Aku sudah sampai," bisik Aeshe pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang semakin cepat. Ia tahu bahwa perjalanan ini akan membawa banyak tantangan, tetapi ia tidak pernah membayangkan betapa luar biasanya tempat ini.

Dua sosok besar dan tinggi, yang tampak seperti penjaga gerbang di cerita-cerita dongeng, menyambutnya di pintu masuk. Mereka tidak banyak bicara, hanya mengangguk singkat sebelum mengantarkannya masuk ke dalam kompleks. Setiap langkah yang diambil Aeshe diiringi oleh deru mesin yang samar, menciptakan suasana yang semakin menambah kesan bahwa tempat ini bukanlah sembarang laboratorium.

Di dalam bangunan utama, Aeshe disambut oleh pelukan hangat dari Lydya, sahabat lamanya yang juga bekerja di sini. Senyum Lydya tidak pernah berubah sejak masa kuliah, selalu penuh semangat dan keceriaan, seolah-olah mereka tidak sedang berada di tengah-tengah kutub es yang dingin. Lydya dengan antusias memperlihatkan seluruh fasilitas, dari kamar tidur yang hangat dan nyaman, hingga ruang rekreasi yang dilengkapi dengan berbagai hiburan untuk para peneliti.

"Tapi yang paling penting," kata Lydya sambil menunjuk keluar jendela besar yang menghadap ke bangunan terbesar di kompleks itu, "di sanalah kau akan bekerja, Aeshe."

Lihat selengkapnya