Laboratorium Penelitian ELVNINE, Arctic
Aeshe menyadari bahwa waktu mereka di Laboratorium ELVNINE semakin mendesak. Situasi di luar sana semakin kritis, dan dia merasa tanggung jawab besar menumpuk di pundaknya.
Ketika Aeshe menerima pesan dari Direktur Jenderal IHA, Galuh Firman, hatinya sedikit lega. Dia tahu bahwa dia tidak sendiri dalam menghadapi ancaman besar yang kini mengintai dunia. Namun, keputusan yang harus diambil tidak mudah.
"Sir, aku perlu bantuan. Aku tidak tahu apakah IHA bisa melakukan hal seperti ini? Sebuah penyelidikan lapangan. Bisakah aku mendapatkan informasi tentang Mabu yang ditahan DGSE di Brazzaville?" Aeshe mengetik cepat di Syntec, alat komunikasi canggih yang menghubungkannya dengan tim di luar sana.
Pesan singkat itu langsung mendapat respons. "Bisa, Aeshe. Kita akan mendapatkannya."
"Thanks, Sir! Tolong juga dilacak keberadaan NOASES 05 please? Mungkin kita bisa menemukan orang imun atau carrier atau malah keduanya di sana." Aeshe merasa harapan kecil itu bisa membawa mereka lebih dekat ke solusi.
"Aku akan mengajak Kuina keluar dari sini, Sir. Di sini cukup dengan adanya Prof Musa dan Lydya. Dia akan bersamaku mendatangi kembali titik nol Congo Basin. Tapi tentu aku perlu pengawalan. Tapi tidak dari Agency mana pun. Apakah ini mungkin?"
"Semua keputusan ada padamu, Aeshe. Masalah pengawal aku akan menyediakannya. Tidak dari agency mana pun. Kau tentukan saja di mana nanti titik temunya. Pergunakan selalu Syntec untuk berkomunikasi."
Aeshe menarik napas panjang. Dia merasa lega. Tidak ada gunanya dia berlama-lama di sini. Sudah ada Prof Musa dan Lydya yang cukup andal untuk menangani laboratorium. Kuina, dengan keahliannya, bisa sangat membantunya nanti jika dia tidak terisolasi di ujung dunia ini.
Namun, ada satu hal penting yang harus dilakukan Aeshe sebelum meninggalkan ELVNINE keesokan paginya.
Di ruang lain, Aeshe melihat Lydya duduk di depan layar, matanya terpaku, jari-jarinya menari di atas keyboard, mengetikkan kode-kode program.
Berulang kali Lydya mencoba membuka chip misterius yang mereka temukan—yang diduga memiliki hubungan erat dengan Object X, sebuah obyek yang menjadi pusat penyelidikan mereka.
"Lebih dari 25 bahasa pemrograman yang berbeda-beda sejak pertama ditugaskan untuk mencoba membuka chip ini. Selalu gagal. Semua peralatan ini sangat canggih. Bisa membaca semua bahasa di dunia. Bahkan yang paling kuno sekalipun. Tapi yang ini... arrhhgg." Lydya mengeluh frustasi.
"Jadi? Tidak mungkin terus begini kan, Lyd? Aku punya firasat chip ini merupakan kunci penting bagi kita untuk membuka rahasia Object X," kata Aeshe, mencoba mendorong Lydya untuk terus berpikir.
Lydya hanya mengangkat bahu, tapi tampak jelas bahwa otaknya bekerja keras mencari solusi. Aeshe mengetikkan sesuatu di Syntec.