Pagi ini, ketegangan menyelimuti tim yang dipimpin oleh Aeshe. Pesan peringatan dari seseorang yang tak dikenal telah diterima oleh Dokter Galuh Firman melalui saluran rahasia.
"Hati-hati menjaga tim Anda. Ada malaikat pembunuh yang setiap saat bisa mencabut nyawa mereka," demikian bunyi pesannya.
Pesan misterius ini menggetarkan hati semua orang, terutama Aeshe dan Kuina. Peringatan ini seolah memperingatkan akan bahaya besar yang mengintai mereka.
Namun, di tengah ketakutan itu, Aeshe merasa sedikit lega. Zevin kini berada bersama mereka. Meskipun Zevin juga memiliki reputasi sebagai seseorang yang mudah menjatuhkan tangan maut, setidaknya kali ini, malaikat maut itu ada di pihak mereka untuk melindungi, bukan untuk mencelakai.
Informasi lain datang dari Lydya, anggota tim yang bertugas sebagai intelijen. Dia berhasil mendeteksi keberadaan NOASES 05, sebuah kapal pemburu paus yang kini melintasi Laut Mediterania.
Kapal itu sedang bergerak ke arah yang tidak diketahui. Mediterania, yang terkenal ramai dengan lalu lintas kapal dan pelabuhan, bisa menjadi tempat berbahaya bagi siapa pun yang terlibat dalam perdagangan gelap.
Lydya telah menandai posisi NOASES 05 melalui sistem pengawasan satelit yang ia kendalikan. Setiap pergerakan kapal itu akan terus dipantau, termasuk riwayat perjalanannya.
Dengan bantuan Profesor Musa, ruang analisis data ELVNINE dilengkapi dengan berbagai perangkat tambahan untuk mendukung operasi yang mereka sebut MSAB-119.
Namun, Kuina, seorang ahli biologi molekuler, mempertanyakan relevansi kode itu. Mereka sudah mengetahui bahwa bakteri berbahaya yang berasal dari Congo Basin adalah Conciberum Antracis, sebuah ancaman yang mematikan. Mungkinkah kode operasi mereka perlu diperbarui?
Lydya kemudian menjelaskan bahwa tim ilmuwan di ELVNINE telah berhasil memperbesar bakteri tersebut untuk mencoba merumuskan antivirus yang efektif. Namun, ada hal aneh yang terjadi saat virus itu diperbesar. Genomnya, yang seharusnya bisa terbaca oleh super mikroskop, tetap tidak dapat diidentifikasi.
Profesor Musa mencurigai bahwa bakteri purba ini telah mengalami modifikasi dan disusupi oleh protein asing yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Para peneliti mencoba berbagai cara untuk memahami genom Conciberum Antracis, tetapi semuanya gagal.
Bakteri ini tampak seperti senjata biologis yang sangat adaptif, seolah-olah sengaja dirancang untuk menyerang setiap bentuk inang yang ditemuinya.
Aeshe termenung, berpikir dalam-dalam. Jika benar virus ini dirancang sedemikian rupa, maka chip yang mereka cari sekarang menjadi kunci untuk memahami dan menghentikan ancaman ini.
Chip tersebut diharapkan bisa mengungkap informasi tentang unsur asing yang menjadikan Conciberum Antracis seratus kali lebih berbahaya dibandingkan bentuk aslinya.
Dengan tekad baru, Aeshe memutuskan mereka akan melanjutkan pencarian. Target berikutnya adalah Amerika Serikat, setelah mendapatkan jejak terang mengenai bayi Leopard yang tertangkap oleh para pemburu gelap.
Dan sekarang, mereka berada di tengah kumuhnya Pointe Noire, di sebuah pasar gelap yang terkenal dengan perdagangan hewan eksotis Afrika.